Awal Mula Petasol, Upaya Bengkulu Ubah Sampah Pelastik Menjadi Bahan Bakar

Awal Mula Petasol, Upaya Bengkulu Ubah Sampah Pelastik Menjadi Bahan Bakar
Bank Sampah Jaga Alam Kita (JAKI), yang pada pertengahan 2023 memutuskan mendatangkan mesin pirolisis Fastpol 5.0 dari Bank Sampah Banjarnegara.

Bengkulu - Permasalahan sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan di Bengkulu mendorong lahirnya upaya pengelolaan inovatif bernama Petasol. Inisiatif ini dirintis oleh Bank Sampah Jaga Alam Kita (JAKI), yang pada pertengahan 2023 memutuskan mendatangkan mesin pirolisis Fastpol 5.0 dari Bank Sampah Banjarnegara.

“Awalnya, kami mengadakan mesin ini di Betungan pada Desember 2023,” ungkap Ardi, Ketua Bank Sampah JAKI. 

Namun, lokasi operasional kemudian dipindahkan ke kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Sebakul, sejalan dengan upaya membantu Pemerintah Kota Bengkulu memenuhi kewajiban pengolahan sampah di TPA agar tidak ditutup oleh kementerian.

Dalam sehari, mesin pirolisis ini mampu mengolah sekitar 50 kg sampah plastik menjadi 40 hingga 45 liter bahan bakar alternatif. 

“Kalau dikalkulasi selama 1 bulan kerja, kami bisa mengolah satu ton sampah plastik dalam sebulan, menghasilkan sekitar 800 sampai 850 liter Petasol,” jelas Ardi.

Proses pirolisis sendiri bukan pembakaran terbuka, melainkan pemanasan plastik dalam tabung reaktor pada suhu 200-350 derajat celcius. Dalam waktu 8-10 jam, plastik akan terurai menjadi minyak mentah yang kemudian melalui empat tahap treatment menggunakan katalis padat dan cair, serta minimal tiga kali penyaringan hingga siap dipakai sebagai bahan bakar disel.

Di awal pengoperasian, tantangan terbesar bukan hanya soal teknis pengolahan, tetapi meyakinkan masyarakat bahwa bahan bakar alternatif ini aman digunakan.

“Awalnya masyarakat ragu. Tapi setelah ada yang mencoba hingga 7 bulan di kendaraan Innova Reborn dan mesin dompeng, tidak ada keluhan. Bahkan mesinnya lebih irit dan getarannya lebih halus,” kata Ardi.

Petasol dijual seharga Rp10.000 per liter. Kendati harga ini masih jauh lebih murah dibanding solar konvensional, Ardi menegaskan bahwa tujuan utama bukan mencari keuntungan. “Kami lebih fokus bagaimana bisa menyelamatkan lingkungan,” ujarnya.

Selain menjual bahan bakar, JAKI juga membeli sampah plastik dari pemulung maupun masyarakat. Langkah ini turut memberi penghasilan tambahan bagi warga sekitar. “Mereka senang karena sampah-sampah non-ekonomis yang dulunya tidak laku sekarang bisa kami beli,” katanya.

Setiap hari, proses produksi dimulai selepas subuh dengan pembersihan reaktor, dilanjutkan pemrosesan plastik yang berlangsung hingga siang hari. Dalam 1 bulan, rata-rata 1 ton minyak berhasil dihasilkan.

Ardi berharap pemerintah daerah lebih serius mendukung pengolahan sampah sesuai regulasi. "Kalau tidak ada pengelolaan yang sesuai aturan, masalah sampah akan tetap menumpuk. Kalau dibiarkan, mau ditutup TPA ini," tutupnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index