Riset

Dukungan Kesehatan Mental di Era Digital: Pentingnya Melibatkan Negara-Negara Selatan

Dukungan Kesehatan Mental di Era Digital:  Pentingnya Melibatkan Negara-Negara Selatan
Studi mengenai dampak social media terhadap anak muda perlu memasukan lebih banyak orang dari belahan bumi Selatan Flickr: Adam Cohn CC BY-NC-ND 2.0

Oleh: Grace WanggeUniversitas Monash Indonesia

BANYAK bukti menunjukkan dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental generasi muda, namun seringkali penelitian mengabaikan negara-negara berkembang di wilayah selatan bumi.

Sejumlah 4,89 miliar individu di seluruh dunia memanfaatkan media sosial, dengan jumlah terbesar adalah kaum muda, di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak waktu yang mereka habiskan secara online terhadap kesehatan.

Meski terdapat banyak studi yang mengindikasikan bagaimana isi media sosial—yang kebanyakan tidak tepat—berperan dalam permasalahan kesehatan mental, hanya sedikit yang menyoroti kawasan Asia Pasifik, tempat mayoritas pengguna media sosial berada dan berkembang dengan cepat.

Pekerjaan yang sudah ada mungkin tidak menggambarkan secara akurat kondisi di negara-negara berkembang di kawasan tersebut serta negara-negara lain di Global Selatan.

Platform seperti Instagram dan TikTok kini menjadi kebutuhan pokok bagi Generasi Z dan Alpha, yang lahir setelah tahun 1996.

Pada tahun 2023, lebih dari setengah penduduk dunia aktif di media sosial dengan rata-rata penggunaan dua jam 26 menit setiap hari.

Hampir 60 persen dari pengguna ini berada di Asia-Pasifik.

Angka penggunaan media sosial yang besar dan perkiraan pertumbuhannya sangat berdampak pada kesehatan mental saat platform seringkali mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, menyebarkan informasi salah yang berkontribusi pada ketidakpuasan terhadap tubuh, gangguan makan, dan dismorfia tubuh.

Sebuah tinjauan sistematis menyoroti peran media sosial dalam memperburuk masalah tersebut.

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index