Namun, kegigihan dan kemauan untuk belajar membuat mereka berhasil menciptakan gula aren semut, sebuah produk inovatif yang merubah paradigma gula aren batok menjadi bubuk.
"Setelah 3 sampai 5 tahun kita coba-coba dan berinovasi, akhirnya hadir gula aren semut," ujar Suparmanto dengan nada bangga.

Perjalanan mereka tidak berhenti di situ. Mencari pasar untuk produk baru mereka menjadi tantangan berikutnya.
Dari strategi pemasaran door to door di sekitaran Curup hingga akhirnya merambah ke Kota Bengkulu dan Lubuk Linggau, usaha mereka perlahan membuahkan hasil.
Titik balik terjadi ketika Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bengkulu tertarik dengan usaha mereka dan menjadikan gula aren Suparmanto sebagai UMKM binaan.
"Dukungan dari BI Bengkulu sangat berarti bagi kami. Kami mendapatkan bimbingan, peralatan, hingga cara pemasaran yang lebih efektif," kata Suparmanto mengenang.