Kisah Inspiratif Entrepreneur

Manisnya Sukses Sari Aren: Dari Petani Aren ke Panggung Global

Manisnya Sukses Sari Aren: Dari Petani Aren ke Panggung Global
Sari Aren: Menciptakan Manisnya Kesuksesan Melalui Kerjasama dan Inovasi (Foto: Iyud/Ikobengkulu)

DI Desa Air Meles Atas, Kabupaten Rejang Lebong, seorang petani aren, Suparmanto, bersama rekan-rekannya, berdiri di garis depan sebuah revolusi kecil dalam industri gula aren lokal.

Mereka bertransformasi dari hanya sekadar petani menjadi pelaku utama dalam industri gula aren bubuk yang lebih bernilai.

Perjalanan mereka dimulai dari sebuah keresahan akan realitas pasar yang tidak menguntungkan.

Pada tahun 2010, Suparmanto menghadapi dilema yang cukup serius. Harga gula aren batok di pasar sangat rendah, hanya berkisar antara Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu per kilogram, sementara gula aren bubuk dihargai Rp 15 ribu per kilogram.

Proses produksi Gula Semut Sari Aren DI Desa Air Meles Atas, Kabupaten Rejang Lebong (Foto: iyud/Ikobengkulu)

"Padahal, bahan dasarnya sama. Tapi harganya berbeda jauh," ungkap Suparmanto.

Kesadaran akan potensi yang belum tergali dari gula aren inilah yang mendorongnya untuk mencari solusi.

Suparmanto lalu mengajak beberapa petani aren lain untuk membentuk kelompok. Mereka bertekad untuk memulai produksi gula aren bubuk. Dengan kelompok yang terdiri dari 15 orang, mereka memulai proses inovasi.

"Awalnya, produksi dilakukan secara manual tanpa mesin. Kami mengalami banyak kegagalan," kenang Suparmanto.

Usaha mereka untuk mengubah gula aren batok menjadi bubuk bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan demi tantangan harus mereka hadapi, mulai dari keterbatasan alat, pengetahuan, hingga akses pasar.

 

Namun, kegigihan dan kemauan untuk belajar membuat mereka berhasil menciptakan gula aren semut, sebuah produk inovatif yang merubah paradigma gula aren batok menjadi bubuk.

"Setelah 3 sampai 5 tahun kita coba-coba dan berinovasi, akhirnya hadir gula aren semut," ujar Suparmanto dengan nada bangga.

Proses produksi Gula semut Ari Aren di Desa Air Meles Atas, Kabupaten Rejang Lebong (Foto: Iyud/Ikobengkulu)

Perjalanan mereka tidak berhenti di situ. Mencari pasar untuk produk baru mereka menjadi tantangan berikutnya.

Dari strategi pemasaran door to door di sekitaran Curup hingga akhirnya merambah ke Kota Bengkulu dan Lubuk Linggau, usaha mereka perlahan membuahkan hasil.

Titik balik terjadi ketika Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bengkulu tertarik dengan usaha mereka dan menjadikan gula aren Suparmanto sebagai UMKM binaan.

"Dukungan dari BI Bengkulu sangat berarti bagi kami. Kami mendapatkan bimbingan, peralatan, hingga cara pemasaran yang lebih efektif," kata Suparmanto mengenang.

 

Produk mereka, gula aren bubuk dengan merek Sari Aren, kini telah dipasarkan lebih luas menggunakan media sosial dan e-commerce, menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mereka sebagai produsen tetapi juga memberikan dampak positif bagi petani aren di Desa Air Meles Atas.

"UMKM Sari Aren kini mampu membeli gula aren batok dengan harga Rp 1,000 atau Rp 2 ribu lebih tinggi dari harga pasar. Ini sangat menguntungkan petani," ujar Suparmanto.

Proses pengemasan gula semur Sari Aren (Foto: Iyud/Ikobengkulu)

Pada sisi lain, Embang Novianto, GM PT Sari Aren Group, membagikan kisahnya dalam mengelola bisnis olahan aren. Memulai dari tahun 2010, Embang dan keluarganya telah menekuni bisnis ini dengan penuh dedikasi.

"Awalnya kami membuat produk olahan gula aren biasa saja. Namun, seiring berjalannya waktu, kami mulai bereksperimen dengan berbagai varian rasa dan bentuk," cerita Embang.

Berkat kerja keras dan inovasi, PT Sari Aren Group kini mampu memproduksi gula aren dalam skala yang lebih besar, dengan omzet yang mencapai lebih dari Rp 50 juta per bulan.

Produk mereka tidak hanya dikenal di lokal, tetapi juga telah menjangkau pasar di luar daerah, meliputi seluruh pulau Sumatera dan Jawa.

 

"Kami berharap bisa membawa produk ini ke pasar internasional. Meski kami masih terkendala dengan sertifikat SNI, dukungan dari berbagai pihak, termasuk BPOM dan sertifikat Halal MUI, telah kami kantongi," ungkap Embang dengan penuh harapan.

Dalam perjalanan mereka, tantangan selalu ada. Misalnya, pengenalan produk terhadap konsumen yang masih rendah dan masalah sertifikasi SNI yang belum terpenuhi.

Namun, potensi besar gula aren sebagai komoditas unggulan Kabupaten Rejang Lebong tidak pernah mereka ragukan. "Jika dikelola dengan baik, aren dapat menghasilkan pundi-pundi keuntungan yang signifikan," tutur Embang.

Embang Novianto, membagikan rahasia di balik proses pembuatan gula semut yang tidak hanya memikat lidah tapi juga menjaga esensi alami gula aren.

"Kami memulai dengan menerima gula aren dari para petani, tempat di mana perjalanan gula semut aren dimulai," kata Embang.

Varian gula aren bubuk produksi PT Sari Aren Group (foto: iyud/Ikobengkulu)

Setiap butir gula aren yang tiba di pabrik merupakan hasil bumi pilihan, yang kemudian melewati proses seleksi ketat.

Hanya gula aren dengan warna merah bata atau kuning, kondisi kering dan tekstur berpasir yang memenuhi standar untuk diolah menjadi Gula Semut Sari Aren.

 

Proses produksi dimulai dengan memasukkan gula aren yang telah lolos seleksi ke dalam ruang bahan baku.

Langkah berikutnya adalah perajangan, di mana gula aren berkualitas ini dihancurkan menggunakan mesin pengrajang.

"Memerlukan waktu sekitar 40 menit untuk mengrajang 100 kg gula aren," jelas Embang, menunjukkan betapa proses ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran.

Setelah gula aren dirajang, butiran-butiran kecil tersebut kemudian dikeringkan dalam oven selama 5 hingga 6 jam. Proses ini krusial untuk menghasilkan gula semut yang kering dan tahan lama.

"Kami menggiling gula aren yang telah kering selama 30 menit untuk setiap 100 kg," lanjut Embang, menjelaskan proses penggilingan yang menghasilkan butiran gula semut halus.

Suparmanto dan Embang Novianto mendapatkan kenang-kenangan dari Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Dhita Aditya  (Foto: iyud/Ikobengkulu)

Selanjutnya, gula semut tersebut diayak untuk memastikan ukurannya seragam. Proses pengayakan ini memakan waktu 45 menit untuk setiap 100 kg gula yang telah digiling.

Hasil akhirnya adalah gula semut aren yang siap masuk ke ruang bahan jadi, menunggu untuk diuji kualitasnya.

"Pengecekan kadar air menggunakan alat khusus adalah langkah kritis kami," terang Embang.

Gula semut dengan kadar air di atas 3% akan dikeringkan lagi, memastikan bahwa setiap butir memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Setelah lolos uji mutu, gula semut aren ini siap dikemas dalam berbagai jenis kemasan, siap untuk memenuhi selera dan kebutuhan konsumen.

Gula Semut Sari Aren hadir dalam berbagai varian rasa, termasuk original, kopi gula aren, gula aren jahe merah, dan gula aren cair, memberikan konsumen beragam pilihan untuk menikmati kekayaan rasa alami gula aren.

"Semua proses produksi ini dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat," tegas Embang, menegaskan komitmen mereka terhadap kualitas.

 

Produk ini tidak hanya higienis tetapi juga telah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), memastikan bahwa Gula Semut 'Sari Aren' adalah pilihan yang sehat dan alami.

"Kami berbangga karena produk kami 100% organik, tanpa campuran bahan kimia apapun," tutup Embang, menggarisbawahi prinsip dasar yang menjadi fondasi PT Sari Aren Group dalam memproduksi gula semut.

Dari seleksi bahan baku hingga pengemasan akhir, setiap langkah dalam produksi Gula Semut Sari Aren dijalankan dengan penuh perhatian dan kecintaan terhadap tradisi serta kealamian, membawa kisah dari Desa Air Meles Atas ke meja-meja konsumen di seluruh Indonesia.

Di tengah gairah industri kreatif Indonesia yang terus berkembang, kisah sukses UMKM Sari Aren menarik perhatian banyak pihak, termasuk Bank Indonesia.

Dalam sebuah wawancara, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Dhita Aditya, membagikan cerita kebanggaan terhadap pencapaian luar biasa dari UMKM Sari Aren.

Tidak hanya berhasil meraih gelar pemenang dalam "Lomba Bangga Buat Indonesia/Bangga Berwisata Di Indonesia (BBI/BBWI)" pada tahun 2023, UMKM ini juga berhasil memperluas pangsa pasarnya hingga ke Malaysia melalui sebuah pameran UMKM yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu.

Kisah Sari Aren bukanlah cerita biasa. Merupakan cerminan dari semangat inovasi dan ketekunan, UMKM ini telah mengukir nama di hati konsumen lokal dan internasional melalui produk unggulannya, gula semut Sari Aren.

"Kami ikut senang karena UMKM Sari Aren berkembang, gula semut Sari Aren sudah dikenal di Seluruh Indonesia hingga Malaysia," ujar Dhita Aditya.

Penetrasi pasar yang luas ini bukanlah pekerjaan mudah, namun melalui kerja keras dan strategi pemasaran yang efektif, Sari Aren berhasil mencapai apa yang banyak UMKM lain impikan.

Lebih jauh, Dhita Aditya menyatakan ambisi Bank Indonesia untuk melihat UMKM Sari Aren menembus pasar internasional.

"Kita targetkan UMKM Sari Aren tembus pasar internasional," tegasnya.

Dukungan dari Bank Indonesia terhadap UMKM lokal seperti Sari Aren bukan hanya membantu dalam aspek finansial dan pelatihan, tapi juga memberikan akses ke jaringan yang lebih luas, membuka peluang bagi Sari Aren untuk dikenal lebih banyak lagi oleh pasar global.

Prestasi Sari Aren dalam lomba BBI/BBWI dan partisipasinya dalam pameran UMKM di Malaysia adalah testament dari kualitas produk dan kemampuan adaptasi UMKM dalam menghadapi pasar yang kompetitif.

Ini juga menandakan potensi besar produk lokal dalam mengambil bagian dalam ekonomi global, sekaligus menegaskan komitmen pemerintah dan lembaga keuangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.

 

Melalui perjalanan Sari Aren, kita diajak untuk mengapresiasi kekayaan dan keragaman produk lokal Indonesia.

Kisah mereka bukan hanya tentang gula semut yang berkualitas, tapi juga tentang bagaimana sebuah UMKM mampu melewati batas dan menjangkau pasar internasional, menginspirasi banyak pelaku usaha lainnya untuk mengikuti jejak serupa.

Dengan dukungan yang tepat dan strategi yang efektif, mimpi untuk membawa produk Indonesia ke kancah internasional bukan lagi sekadar angan.

UMKM Sari Aren dan PT Sari Aren Group telah membuktikan bahwa dengan inovasi, kerja keras, dan kolaborasi, keresahan dapat diubah menjadi kesuksesan.

Dari memperbaiki nasib petani hingga berambisi menaklukkan pasar ekspor, cerita mereka adalah saksi bisu transformasi industri gula aren di Rejang Lebong. ***