Pendidikan menjadi isu utama bagi para diaspora ini. "Pendidikan yang bagus untuk semua dan akses kesehatan yang merata sangat penting," kata Zayla. Ady menambahkan pentingnya sistem pendidikan yang lebih baik, pertahanan nasional, hubungan internasional, dan ketahanan pangan. Ida, dengan latar belakang keluarganya yang berkecukupan namun sedikit berpendidikan, menekankan pentingnya pendidikan.
Sikap kandidat dalam debat juga menjadi pertimbangan. Ady menyoroti perilaku intimidatif beberapa kandidat, sementara Ida kurang menyukai 'joget-joget' dalam debat yang menurutnya tidak sesuai dengan seriusnya acara tersebut.

Ida, yang aktif berorganisasi saat kuliah, ingin presiden yang menunjukkan jiwa kepemimpinan dan berwibawa. Ady menambahkan bahwa calon presiden harus menjadi teladan bagi rakyatnya dan menghindari politik identitas atau agama, sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Zayla mengharapkan kandidat yang dapat mewakili seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya satu golongan. Ida dan Zayla berencana memberikan suara langsung di Kedutaan di Washington DC, sementara Ady akan menggunakan surat suara pos.
Pemberian suara langsung di AS akan dilakukan serentak di kedutaan besar Indonesia di Washington DC dan di seluruh konsulat jenderal pada 10 Februari mendatang. Keikutsertaan diaspora Indonesia dalam pemilu ini menunjukkan pentingnya partisipasi warga negara dalam demokrasi, tidak peduli di mana mereka berada. ***