Pilpres 2024

Diaspora Indonesia di AS Antusias Ikut Pemilu: Euforia dan Harapan dalam Memilih Pemimpin Masa Depan

Diaspora Indonesia di AS Antusias Ikut Pemilu: Euforia dan Harapan dalam Memilih Pemimpin Masa Depan
Petugas Menunjukkan Surat Suara Pemilihan Presiden 14 Februari dengan Kandidat Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, di Tangerang, 10 Januari 2024.

AMERIKA SERIKAT, IKOBENGKULU.COM -Diaspora Indonesia di Amerika Serikat merasakan euforia pemilihan umum yang berbeda saat mereka terlibat dalam proses pemilihan pemimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan. Untuk pertama kalinya, mereka akan berpartisipasi dalam demokrasi besar ini dari jauh.

Ida Jubaedah (29), asal Kuningan, Jawa Barat, yang telah tinggal di AS sejak tahun 2022, mengungkapkan perbedaan suasana pemilu. “Saya sudah memilih tiga kali, di tahun 2014, 2019, dan sekarang. Tahun 2014 di kampung, suasana sangat meriah. Namun di sini, di College Park, Maryland, rasanya sepi," katanya.

Sementara itu, Ady Saputra (29), mahasiswa S-3 Kimia di Louisiana State University, mengakui kurangnya hubungan dengan diaspora Indonesia di Baton Rouge, Louisiana. "Saya tidak merasa sebegitu euforia menjelang Pilpres," ujarnya, mengingat perbedaan suasana dibandingkan ketika ia studi di Beijing.

Sosialisasi pemilu pada diaspora di Amerika Serikat (tangkapan layar VOA Indonesia)

Kedua warga negara Indonesia ini menghadapi proses pendaftaran pemilih yang berbeda. Ida merasa prosesnya sederhana, sedangkan Ady menemukan prosesnya agak rumit. Namun, keduanya tetap antusias mencari informasi tentang para kandidat dan program mereka melalui berbagai platform media sosial dan komunikasi dengan keluarga di tanah air.

Zayla Ihsan (19), mahasiswi semester 4 di George Washington University, masih dalam proses memutuskan calon pilihannya. "Sulit menemukan sumber daya yang baik untuk mempelajari para calon presiden, terutama dengan adanya drama antar kandidat," ungkapnya.

 

Pendidikan menjadi isu utama bagi para diaspora ini. "Pendidikan yang bagus untuk semua dan akses kesehatan yang merata sangat penting," kata Zayla. Ady menambahkan pentingnya sistem pendidikan yang lebih baik, pertahanan nasional, hubungan internasional, dan ketahanan pangan. Ida, dengan latar belakang keluarganya yang berkecukupan namun sedikit berpendidikan, menekankan pentingnya pendidikan.

Sikap kandidat dalam debat juga menjadi pertimbangan. Ady menyoroti perilaku intimidatif beberapa kandidat, sementara Ida kurang menyukai 'joget-joget' dalam debat yang menurutnya tidak sesuai dengan seriusnya acara tersebut.

Salah satu mahasiswa Indonesia di Washington.D.C. saat mengikuti sosialisais Pemilu 2024 (Tangkapan layar VOA Indonesia)

Ida, yang aktif berorganisasi saat kuliah, ingin presiden yang menunjukkan jiwa kepemimpinan dan berwibawa. Ady menambahkan bahwa calon presiden harus menjadi teladan bagi rakyatnya dan menghindari politik identitas atau agama, sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Zayla mengharapkan kandidat yang dapat mewakili seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya satu golongan. Ida dan Zayla berencana memberikan suara langsung di Kedutaan di Washington DC, sementara Ady akan menggunakan surat suara pos.

Pemberian suara langsung di AS akan dilakukan serentak di kedutaan besar Indonesia di Washington DC dan di seluruh konsulat jenderal pada 10 Februari mendatang. Keikutsertaan diaspora Indonesia dalam pemilu ini menunjukkan pentingnya partisipasi warga negara dalam demokrasi, tidak peduli di mana mereka berada. ***