BENGKULU— Di balik hiruk-pikuk sektor pendukung pariwisata Kota Bengkulu, Generasi Z tidak hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, tetapi juga membangun ruang kerja sosial yang penuh makna.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Reza Syaputri, mahasiswa sosiologi, yang meneliti dinamika interaksi sosial Generasi Z di sektor pendukung pariwisata Bengkulu.
Penelitian ini berjudul “Konstruksi Ruang Kerja Sosial Generasi Z di Sektor Pendukung Pariwisata Kota Bengkulu” dan melibatkan 31 responden Generasi Z yang bekerja di berbagai usaha pendukung pariwisata, seperti kafe, restoran, rumah makan, dan usaha kuliner lainnya.
Interaksi Sosial Jadi Fondasi Ruang Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap pembentukan ruang kerja sosial.
Generasi Z yang aktif berkomunikasi, bekerja sama, serta menjalin hubungan akrab dengan rekan kerja cenderung merasa lebih nyaman dan terikat dengan lingkungan kerjanya.
“Ruang kerja tidak hanya dipahami sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai ruang sosial yang terbentuk dari hubungan antarmanusia,” jelas Reza dalam laporannya.
Hal ini terlihat dari kebiasaan saling membantu, koordinasi kerja yang fleksibel, serta rasa percaya antarrekan kerja yang muncul secara alami dalam aktivitas kerja sehari-hari.
Hasil Uji Statistik Perkuat Temuan
Secara kuantitatif, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa interaksi sosial memberikan kontribusi sebesar 16,2% terhadap pembentukan ruang kerja sosial.
Nilai signifikansi uji statistik juga menunjukkan bahwa pengaruh tersebut bersifat nyata dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Temuan ini memperkuat pandangan bahwa relasi sosial memiliki peran penting dalam membentuk kenyamanan dan keberlanjutan kerja, khususnya bagi Generasi Z yang dikenal lebih mengutamakan lingkungan kerja yang suportif dan tidak kaku.
Ruang Kerja sebagai Tindakan Sosial
Penelitian ini dianalisis menggunakan Teori Tindakan Sosial Max Weber, yang memandang bahwa setiap tindakan manusia memiliki makna subjektif dan diarahkan kepada orang lain.
Dalam konteks ini, bekerja bagi Generasi Z tidak sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga tindakan sosial yang bermakna.
“Generasi Z memberi makna pada pekerjaannya melalui hubungan sosial yang mereka bangun. Inilah yang kemudian membentuk ruang kerja sosial,” tulis Reza.
Dengan kata lain, ruang kerja sosial lahir dari proses interaksi yang berlangsung terus-menerus, bukan dari aturan formal semata.
Relevansi bagi Dunia Kerja Pariwisata
Hasil penelitian ini dinilai relevan bagi pelaku usaha di sektor pariwisata, khususnya dalam mengelola tenaga kerja muda.
Lingkungan kerja yang mendorong komunikasi terbuka, kerja sama, dan solidaritas dinilai mampu meningkatkan kenyamanan serta loyalitas pekerja.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendekatan humanis dalam pengelolaan tenaga kerja menjadi semakin penting di tengah dominasi Generasi Z dalam dunia kerja saat ini.
Potensi Dikembangkan Lebih Lanjut
Reza berharap penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian lanjutan terkait dunia kerja Generasi Z, khususnya di sektor informal dan pendukung pariwisata.
Selain itu, temuan ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan lokal dalam meningkatkan kualitas lingkungan kerja di sektor pariwisata. ***
