MEDAN – India mengambil langkah agresif untuk mengukuhkan posisinya sebagai raksasa energi hijau dunia. Negara dengan ekonomi terbesar keempat ini secara resmi memperkenalkan RUU Sustainable Harnessing and Advancement of Nuclear Energy for Transforming India (SHANTI) 2025, sebuah legislasi sapu jagat yang akan merombak total tata kelola nuklir di negeri "Bollywood" tersebut.
Konsul Jenderal India di Medan, Ravi Shanker Goel, menegaskan bahwa RUU ini menandai berakhirnya era monopoli negara yang kaku dan dimulainya fase modernisasi yang melibatkan sektor swasta.
"Sebagai kekuatan nuklir yang bertanggung jawab, India terus melangkah maju. Kami sedang meninjau kembali fondasi kerangka kerja nuklir agar sesuai dengan ambisi masa depan untuk menyediakan energi bersih dan andal," ujar Ravi Shanker Goel dalam keterangan resminya di Medan, Rabu (24/12/2025).
Mengganti Regulasi Warisan Lama
RUU SHANTI 2025 hadir untuk menggantikan undang-undang yang dinilai sudah usang, yakni UU Energi Atom 1962 serta UU Tanggung Jawab Perdata atas Kerusakan Nuklir 2010.
Menurut Goel, program nuklir India telah matang secara teknologi selama beberapa dekade terakhir. Namun, kerangka hukum lama tidak lagi cukup fleksibel untuk menampung inovasi modern. RUU baru ini akan menyatukan berbagai aturan menjadi satu struktur komprehensif yang lebih sederhana dan pro-investasi.
Karpet Merah untuk Sektor Swasta
Salah satu poin paling revolusioner dalam RUU ini adalah izin bagi perusahaan swasta untuk terjun ke sektor nuklir—wilayah yang sebelumnya "haram" disentuh non-pemerintah.
"RUU ini memungkinkan partisipasi swasta di bawah pengawasan regulasi ketat. Swasta kini diizinkan melakukan operasi pembangkitan listrik, manufaktur peralatan, hingga fabrikasi bahan bakar nuklir, termasuk pengayaan uranium-235 hingga ambang batas tertentu," jelas Goel.
Langkah ini diambil untuk memacu investasi besar-besaran demi mencapai target dekarbonisasi dan kapasitas energi nuklir 100 GW pada tahun 2047, tahun di mana India menargetkan diri menjadi "Viksit Bharat" (India Maju).
Ambisi Reaktor Modular (SMR)
Tidak hanya soal regulasi, India juga menyiapkan dana segar sebesar ?20.000 crore (sekitar USD 2,5 miliar) untuk pengembangan Small Modular Reactors (SMR).
Goel memaparkan bahwa Bhabha Atomic Research Centre (BARC) tengah mengembangkan desain indigenous (asli buatan India) seperti:
- BSMR 200: Reaktor Modular Kecil Bharat berkapasitas 200 MWe.
- SMR 55: Reaktor berkapasitas 55 MWe.
- Reaktor pendingin gas suhu tinggi untuk produksi hidrogen.
"Sedikitnya lima SMR desain asli India dijadwalkan beroperasi pada tahun 2033. Ini akan memperkuat peta jalan energi bersih kami, termasuk untuk kebutuhan pusat data (data centers) dan industri maju yang butuh listrik 24 jam nonstop," tambahnya.
Penyelarasan Standar Global
Di kancah internasional, RUU SHANTI dirancang untuk meningkatkan kepercayaan investor asing. RUU ini memperkenalkan rezim tanggung jawab perdata yang lebih praktis dan menghapus beban tanggung jawab pemasok (supplier liability), sebuah isu yang selama ini menjadi penghambat kerja sama nuklir internasional India.
Ravi Shanker Goel menutup pernyataannya dengan optimisme bahwa RUU ini akan menempatkan India sebagai pemimpin teknologi nuklir maju.
"Ini bukan sekadar soal listrik. Ini soal aplikasi nuklir untuk kesehatan, pertanian, hingga kecerdasan buatan. Dengan RUU SHANTI, India siap mandiri energi dan memimpin teknologi masa depan," pungkasnya.***
