Gerakkan Ekonomi dari Desa, Koperasi Merah Putih Jadi Andalan Baru Rejang Lebong

Gerakkan Ekonomi dari Desa, Koperasi Merah Putih Jadi Andalan Baru Rejang Lebong
ilustrasi/ai/chat gpt/

Rejang Lebong, ikobengkulu.com — Sebuah gerakan ekonomi rakyat tengah tumbuh dari desa-desa di Kabupaten Rejang Lebong. Namanya Koperasi Merah Putih, wadah ekonomi bersama yang kini hadir di 156 desa dan kelurahan. Tak hanya menjadi tempat berkumpulnya pelaku usaha kecil, koperasi ini juga sedang disiapkan menjadi mesin penggerak industri pangan lokal.

Langkah besar itu disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional daring bertema “Memperkuat Ekosistem Inovasi Industri Pangan Melalui Pendaftaran Merek Kolektif Produk Koperasi Merah Putih”, Selasa (14/10/2025), yang dipusatkan di Ruang Rapat Sekretaris Daerah Kabupaten Rejang Lebong.

Pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian (Disperindagkop UKM) Rejang Lebong, Anes Rahman, didampingi Kepala Bagian Ekonomi Setda, Sofan Wahyudi, bersama jajaran perangkat daerah terkait.

Koperasi Berbadan Hukum, Produk Dilindungi

Kepala Disperindagkop UKM Rejang Lebong, Anes Rahman, memimpin rapat daring membahas penguatan Koperasi Merah Putih melalui pendaftaran merek kolektif produk unggulan desa di Ruang Rapat Sekda Rejang Lebong, Selasa (14/10).

Dalam paparannya, Anes Rahman menyampaikan bahwa seluruh Koperasi Merah Putih telah memiliki badan hukum resmi, menandai babak baru pengelolaan ekonomi desa secara profesional.

“Semua koperasi sudah berbadan hukum. Ke depan, mereka bukan hanya wadah ekonomi, tapi pemilik produk unggulan yang terdaftar secara kolektif sebagai kekayaan intelektual,” ujarnya.

Ia mencontohkan, desa Cawang yang terkenal dengan manisan kolang-kaling akan menjadikan produk tersebut sebagai identitas unggulan koperasi setempat. “Dengan merek kolektif, produk desa akan punya nilai tambah dan perlindungan hukum,” tambahnya.

Gerai Sembako Desa dan Pasar Lokal

Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong kini tengah mendorong pembentukan gerai sembako koperasi di setiap desa dan kelurahan. Gerai ini menjadi pusat distribusi dan promosi produk unggulan lokal, sekaligus tempat masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kita ingin koperasi mandiri — memproduksi, menjual, dan memasarkan produknya sendiri. Di sanalah ekonomi desa akan berputar,” kata Anes.

Melalui Disperindagkop UKM, pemerintah juga membantu pendaftaran merek, sertifikasi, hingga fasilitasi ke Kanwil Kemenkumham Bengkulu agar produk koperasi bisa menembus pasar modern bahkan ekspor.

Pendampingan 16 Business Assistant

Untuk memastikan program berjalan efektif, Kementerian Koperasi dan UKM RI menugaskan 16 business assistant yang akan bekerja selama Oktober–Desember 2025. Mereka membantu koperasi menyusun proposal bisnis, rencana produksi, hingga akses pembiayaan ke perbankan.

“Target kami, akhir 2025 koperasi sudah bisa mandiri secara finansial,” jelas Anes.

Mimpi Besar Ekonomi Rakyat

Lebih dari sekadar program, Anes menegaskan bahwa Koperasi Merah Putih adalah gerakan sosial-ekonomi rakyat yang menghidupkan semangat gotong royong.

“Kalau koperasi kuat, ekonomi desa tumbuh. Kalau desa tumbuh, kabupaten ikut sejahtera,” katanya optimistis.

Ia menegaskan keberhasilan gerakan ini bergantung pada komitmen masyarakat, bukan hanya dukungan pemerintah. “Pemerintah menyiapkan wadah dan fasilitasi. Tapi penggeraknya adalah warga desa sendiri,” tegasnya.

Dengan semangat “dari desa untuk Indonesia”, Rejang Lebong kini menapaki jalan baru menuju kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal. Produk-produk kecil dari dapur desa disiapkan menjadi komoditas nasional melalui merek kolektif Koperasi Merah Putih.

“Mimpi kita sederhana: produk lokal harus naik kelas. Dari dapur desa, bisa ke rak pasar nasional,” tutup Anes.***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index