Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu: Infrastruktur Terabaikan, Ekonomi Terhambat

Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu: Infrastruktur Terabaikan, Ekonomi Terhambat
Bisri Mustofa, wartawan Bengkulu.

Perbaikan infrastruktur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu diharapkan semua pihak. Tak hanya dapat memperlancar distribusi, pelabuhan yang memiliki infrastruktur memadai tentu akan jadi penopang utama ekonomi Bengkulu.

Sejak enam bulan terakhir pelabuhan Bengkulu di bawah PT Pelindo Regional II Bengkulu mengalami pendangkalan. Kondisi tersebut diperparah dengan jebolnya sisi sayap kanan pelabuhan dari semula lima meter menjadi 1,4 km.

Pelabuhan Bengkulu yang berada di Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu berhadapan langsung dengan ombak Samudera Hindia. Kondisi tinggi ombak di wilayah perairan ini sampai mencapai empat meter dalam kondisi cuaca ekstrem. Kondisi pasir yang besar dan terbawa ombak besar mempercepat sedimentasi pasir sehingga tak ayal dalam setahun pelabuhan Bengkulu bisa mengalami dua tiga kali pendangkalan.

Sayangnya infrastruktur yang kurang memadai membuat manajemen pelabuhan mengalami kerugian.  Untung dari berlabuhnya kapal-kapal investor tak mampu menutup cost pengeluaran atau biaya operasional yang dikeluarkan Pelindo untuk membangun tanggul pelabuhan secara permanen. Bahkan pernah diungkap pejabat KSOP Bengkulu bahwa biaya perbaikannya sampai Rp300 miliar.

GM Pelindo Regional II Bengkulu S Joko tak menampik jika kedepan bayangan tanggul pelabuhan akan dipermanenkan. Namun dengan biaya tersebut, Pelindo pusat disebut mikir-mikir.

Pelindo sempat berencana menambal kerusakan tanggul dengan anggaran daerah. Namun, rencana ini tertunda karena ada klaim bahwa kawasan tersebut masuk dalam area Cagar Alam milik Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu - Lampung.

Setelah ditinjau ulang bersama BKSDA, ditemukan bahwa kawasan jebolnya tanggul tidak masuk dalam wilayah Cagar Alam berdasarkan dokumen batas wilayah kepemilikan lahan Pelindo.

Kondisi ini banyak dikritik oleh para tenant dan pengusaha. Kondisi pelabuhan yang rusak dinilai menghambat distribusi logistik ke daerah di Bengkulu. Misalnya saja distribusi kebutuhan pokok BBM ke masyarakat.

Pipa Pertamina dua bulan lalu sempat mengalami kebocoran, disebabkan oleh aktivitas kapal tongkang yang disebut terdampar akibat cuaca buruk. Selang semalam, bagian lambung kapal tersebut menabrak pipa Pertamina yang ditanam hingga dua meter di bawah permukaan laut. Kondisi ini tak pelak imbas kondisi sekitar pelabuhan yang buruk yang menyebabkan keterlambatan proses distribusi BBM di tengah masyarakat. Bahkan sampai saat ini, pasokan BBM dari kapal ke tangki penampungan masih mengalami kendala tak hanya dipengaruhi alur tapi juga infrastruktur yang ada.

Selain itu, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C (KPPBC TMP C) Bengkulu, Koen Rachmanto mengaku negara rugi lantaran tidak segera membaiknya kondisi alur pelabuhan. Pada periode ini, penerimaan negara dari Bea Keluar dan Bea Masuk hanya sebesar  Rp1,48 miliar dan Rp2,4 juta atau terkontraksi 80,9 persen dan 89,4 persen. Padahal jika dioptimalkan akan melampaui target tersebut.

Hal ini tentu tak sejalan dengan misi pemerintah yang tengah gencar melakukan fasilitasi ekspor. Semua pihak berharap, pemerintah pusat maupun Pelindo segera mengambil langkah bijak untuk memperbaiki pelabuhan Bengkulu supaya kedepan tak lagi mengalami pendangkalan alur dan juga laba bagi ekonomi bumi Rafflesia.

***

Komentar: Bisri Mustofa, wartawan Bengkulu.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index