Faktor perubahan iklim memperburuk situasi, dengan kenaikan permukaan air laut dan perubahan pola curah hujan meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir. Ekspansi perkotaan yang cepat dan penggunaan lahan yang tidak terkontrol juga menambah beban pada sistem drainase yang sudah ada.
Upaya mitigasi banjir meliputi pendekatan struktural, seperti peningkatan kapasitas saluran air, dan non-struktural, termasuk pendidikan dan pelatihan masyarakat. Namun, perencanaan dan koordinasi yang efektif di semua tingkatan pemerintahan dan masyarakat masih menjadi tantangan.
Kesiapsiagaan dan pendidikan kebencanaan menjadi kunci dalam menghadapi risiko banjir, namun implementasinya masih terbatas dan tidak merata di seluruh Indonesia. Tanpa pendekatan komprehensif yang melibatkan semua pihak, risiko dan dampak banjir di Indonesia akan terus menjadi ancaman serius bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.***
Wahyu Wilopo adalah Dosen di Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Beliau adalah anggota dari Global Alliance of Disaster Research Institutes (GADRI), International Consortium of Landslides (ICL), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), dan lain-lain. Bidang penelitiannya meliputi hidrogeologi, tanah longsor, dan mitigasi bencana. Dr Wilopo menyatakan tidak memiliki konflik kepentingan dan tidak menerima pendanaan khusus dalam bentuk apapun.