BENGKULU — Di tengah gempuran tren busana modern, Batik Besurek tetap bertahan sebagai ikon Kota Bengkulu. Namun, sebuah pertanyaan menggelitik muncul: Apakah generasi muda memakainya karena paham nilai filosofisnya, atau sekadar tren semata?
Kekhawatiran akan lunturnya makna di balik motif indah tersebut menjadi dasar penelitian Lestri Yulita, mahasiswi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bengkulu.
Dalam risetnya yang berjudul “Edukasi Batik sebagai Kearifan Lokal di Kota Bengkulu”, Lestri menyoroti urgensi mengembalikan "nyawa" Batik Besurek melalui edukasi yang tepat.
Lebih dari Sekadar Motif
Penelitian ini berangkat dari fenomena di mana Batik Besurek kerap hanya dipandang sebagai produk ekonomi kreatif.
Padahal, di balik goresan motif kaligrafi dan bunga raflesia tersebut, tersimpan nilai sejarah, religiusitas, dan identitas sosial masyarakat Bengkulu yang kental.
"Batik sering dipandang sebatas kain bermotif tanpa pemahaman mendalam mengenai proses pembuatan dan makna simboliknya. Edukasi adalah kunci agar batik tidak kehilangan akarnya," tulis Lestri dalam laporan risetnya.
Kampung Batik sebagai Laboratorium Budaya
Mengambil lokasi di Kampung Batik Besurek, penelitian yang dibimbing oleh dosen Sosiologi Pariwisata, Diyas Widiyarti dan Heni Nopianti ini, membedah bagaimana para pengrajin bertransformasi menjadi "guru budaya".
Kampung Batik Besurek kini tak hanya menjadi sentra produksi, tetapi juga ruang kelas terbuka. Di sana, proses transfer ilmu terjadi.
Riset menemukan bahwa edukasi batik bukan sekadar mengajarkan cara memegang canting, melainkan menanamkan nilai-nilai karakter (soft skills).
Kesabaran dan Tindakan Sosial
Menggunakan pisau analisis Teori Tindakan Sosial dari Max Weber, riset ini menyimpulkan bahwa membatik adalah sebuah tindakan sosial yang penuh makna.
Proses membatik mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan penghargaan terhadap proses—nilai-nilai yang kian langka di era serba instan ini.
Pengrajin batik berperan vital sebagai agen yang menjahit kembali hubungan antara generasi muda dengan warisan leluhurnya melalui interaksi langsung di lapangan.
Hasil penelitian ini diharapkan bukan hanya menjadi dokumen akademik, tetapi rujukan bagi pengembangan wisata edukasi di Bengkulu.
Bahwa melestarikan Batik Besurek, berarti merawat identitas dan kearifan lokal Bengkulu agar tak tergerus arus zaman. ***
