OPINI

Babak Baru Bengkulu : Dari Bumi Rafflesia menjadi Bumi Merah Putih, Manakah Bengkulu Asli?

Babak Baru Bengkulu : Dari Bumi Rafflesia menjadi Bumi Merah Putih, Manakah Bengkulu Asli?

Oleh: Amrina Rosada.AM, mahasiswi S1 Jurnlaistik FISIP Universitas Bengkulu 

“Bengkulu itu dimana daerahnya, Sumatera atau Kalimatan?” Nah, penyataan dan pertanyaan tersebut sering kali didengar dan terucap oleh seseorang yang baru mendengar daerah Bengkulu. Mengingat kembali masa-masa duduk di bangku sekolah, daerah ini sering dijabarkan sebagai salah satu tempat yang penuh dengan sejarah terutama untuk Indonesia dan dunia. Jika Bengkulu asing terdengar, mungkin bunga ini akan menjadi recall memori tentang daerah hunian puspa langka. Tidak asing jika kita menyebutkan Rafflesia, salah satu etnis bunga terbesar yang ada di dunia, kala itu ditemukan di tanah Bengkulu yang mejadikan daerah ini di juluki sebagai  "Bumi Rafflesia” yang menjadikan daerah pesisir dengan garis pantai yang mencapai panjang 525 km tertulis di sejarah dunia. Usut punya usut, Provinsi Bengkulu pada pergantian tongkat estafet kepemimpinan pemerintah melakukan pergantian julukan untuk daerah Bengkulu, dari yang selama ini dikenal dan dijuluki sebagai "Bumi Rafflesia" menjadi "Bumi Merah Putih". Tentu dengan adanya pergantian julukan, menuai pro dan kontra dari masyarakat Bengkulu. 
Provinsi Bengkulu, merupakan daerah yang terletak di bagian barat Pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung serta berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Provinsi yang memiliki benteng kedua terbesar di Asia Tenggara dan pantai terpanjang di Indonesia yang mencapai jarak 11 km yang dikenal dengan nama “Pantai Panjang”. Selain itu, Bengkulu menjadi salah satu tempat pengasingan Ir.Soekarno pada masa penjajahan, sehingga tidak heran jika Bengkulu banyak sekali kenangan dan peninggalan sejarah yang abadi. Namun, sangat disayangkan Bengkulu masih kekurangan popularitasnya dibandingkan provinsi-provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Kurangnya promosi untuk daerah yang hampir seluruh wilayahnya berbatasan langsung dengan lautan, menjadi salah satu alasan Bengkulu masih asing terdengar oleh sebagian masyarakat. 
Rafflesia telah menjadi hal yang sangat menggambarkan dan melekat kuat untuk citra Provinsi Bengkulu. Semenjak terpublikasikan karya ekspedisi milik Sir Thomas Stamford Raffles yang melakukan penelusurannya bersama Dr.Joseph Arnold dengan hasil menemukan bunga besar berwarna maron di dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan. Penemuan jenis Rafflesia Arnoldi kala itu menjadi salah satu pencapaian terbesar dan sangat penting dalam ilmu botani dengan menemukan jenis bunga bangkai terbesar di dunia yang tidak memiliki batang, daun, dan akar. Walaupun menurut beberapa sudut pandangan sejarah lainnya, Bengkulu bukan menjadi tempat penemuan pertama kali bunga bangkai ini namun hampir seluruh wilayahnya memiliki jenis Bunga Rafflesia, mulai dari Rafflesia Arnoldi, Rafflesia Bengkuluensis, Rafflesia Gadutensis, Rafflesia Hasseltii, dan Rafflesia Kemumu. Maka dari itu, tidak heran mengapa Bengkulu dijuluki sebagai “Bumi Rafflesia” sebab menjadi puspa indah ini bernaung dan tumbuh.
Pergantian julukan menjadi “Bumi Merah Putih” juga bukan semata-mata hanya ingin memberikan eksistensi baru bagi daerah Bengkulu. Melainkan memiliki sisi sejarah yang mendalam, Kota Bengkulu menjadi saksi bisu perjalanan Indonesia meraih kemerdekaan. Fatmawati, putri kebanggaan daerah Bengkulu yang merupakan istri dari Presiden Republik Indonesia 1, Ir.Soekarno yang menjahit sangsaka Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya dalam proses Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923, menjadikan Fatmawati sebagai sosok penting dalam sejarah Indonesia. Ia dikenal tidak hanya sebagai penjahit bendera, tetapi menjadi simbol kekuatan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ir.Soekarno dan Fatmawati pertama kali bertemu dan ditakdirkan berjodoh pada pengasiangan Soekarno di Bengkulu pada tahun 1938 dan dari situlah bibit cinta di antara mereka tumbuh dan mampu membawa Indonesia menuju gerbang kemerdekaan. Bendera adalah salah satu simbol yang menunjukan citra sebuah bangsa, dengan adanya perjuangan seorang wanita hamil kala itu sangsaka dapat berkibar dengan bangganya. Sehingga Bengkulu dengan Bendera Merah Putih adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan yang mengacu pada nasionalisme Indonesia.  
Julukan adalah identitas yang mampu meningkatkan daya tarik untuk suatu daerah, dengan julukan yang tepat dapat menggambarkan kekhasan suatu daerah, baik dari segi hasil alam, budaya, dan sejarahnya sehingga akan mempermudah jalannya proses komunikasi. “Bumi Rafflesia” yang selama ini menjadi identitas kuat bagi Bengkulu menggantarkan daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata alam yang menjadi daya tarik. Tercatat pada tahun 2024 kunjungan wisata ke Provinsi Bengkulu mencapai angka 3,22 juta perjalanan. Jika, hal ini selalu disosialisasikan dan dipromosikan, maka akan mampu meningkatan minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah yang menjadi tempat tumbuhnya beberapa jenis tumbuhan langka lainnya. 
Namun saat ini, menjadi tugas penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk rebranding julukan baru bagi daerah yang menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia. “Bumi Merah Putih” menjadi identitas baru yang sedang digaungkan oleh pemerintah daerah saat ini. Julukan yang selama ini melekat dan dikenal oleh sebagian masyarakat harus padam dengan gaungan julukan baru “Bumi Merah Putih”. Hal ini menjadi poin penting bagaimana sikap pemerintah untuk melakukan strategi komunikasi yang baik, agar dapat membantu memperkuat citra dan branding daerah terutama untuk menguatkan kembali dalam sektor pariwisata, ekonomi, dan investasi. 
Sebab perlunya adaptasi, sosialisasi, dan waktu untuk kembali dikenali. Tidak mudah untuk mempromosikan kembali suatu identitas daerah yang telah melekat menjadi ciri khas selama ini. Sebab dengan adanya perubahan maka akan terdapat kebingungan identitas bagi wisatawan maupun penduduk lokal, selain itu memepengaruhi biaya rebranding daerah yang membutuhkan kembali investasi yang besar untuk memperbaharui materi promosi, berupa desain logo, slogan, materi visual dan kampanye pemasaran yang harus diatur dan diulang dari awal. 
“Bumi Rafflesia” mengacu pada keajaiban alam yang menjadi simbol kebanggaan akan keanekaragaman hayati yang dimiliki yang menegaskan keunikan flora dan biodiversitas Bengkulu, sementara “Bumi Merah Putih” menjadi payung ideologis yang menaungi semangat persatuan dan meningkatkan rasa cinta tanah air. Kedua julukan tersebut memiliki keunikan dan kekuatannya masing-masing untuk mempromosikan Bengkulu ke dunia dan Indonesia. Namun, dengan mempertahankan julukan bukanlah sekedar menjaga identitas historis melainkan melestarikan keunikan yang dimiliki. Julukan seringkali lahir dari karakteristik daerah, mengubahnya berisiko menghilangkan jejak narasi yang ditakutkan akan memutuskan hubungan emosional dengan masa lalu dan menguburkan citra positif yang telah dibangun selama ini. “Bumi Merah Putih” memang sangat mencerminkan Indonesia dan rasa nasionalisme namun hal yang sudah terbangun bertahun-tahun selama ini sebaiknya dipertahankan dan dikuatkan kembali dalam segi strategi pemasaran dan promosi agar warisan yang berwujud yang terkandung selama ini dan potensi yang dimiliki agar lebih memperkenalkan citra daerah di mata dunia. Senantiasa seluruh elemen masyarakat dan pemerintah sama-sama membangun daerah Bengkulu untuk membawa manfaat bagi kemajuan Bengkulu.


Referensi : 
Abdimas, S. (2023). Penguatan Kapasitas (Capacity Building) Komunitas Pelestari Bunga Rafflesia di Desa Tanjung Heran, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah. http://jurnal.umb.ac.id/index.php/Setawar/index, Vol.01 No. 01.
Dwi Safitri, R. (2024). Perempuan Pejuang dari Bengkulu Biografi Politik Fatmawati Soekarno (1943-1955 M). https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69582/1/20101020075_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf.
Statistik, B. P. (2024). Kunjungan Wisatawan Nusantara Ke Provinsi Bengkulu hingga November 2024 mencapai 3,91 juta perjalanan. https://bengkulu.bps.go.id/id/pressrelease/2025/01/02/896/kunjungan-wisatawan-nusantara-ke-provinsi-bengkulu-hingga-november-2024-mencapai-3-91-juta-perjalanan.html.
Susatya, A. (2011). Raffelsia Pesona Bunga Terbesar di Dunia. Jakarta: Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index