Radio, salah satu media penyiaran tertua di Indonesia, kini menghadapi ancaman eksistensi di tengah era digital. Sejak masa perjuangan kemerdekaan, radio menjadi sarana penyebar informasi yang menyatukan bangsa. Namun, peran bersejarah ini semakin tergerus oleh dominasi media sosial, terutama di kalangan generasi muda.
Generasi muda kini cenderung beralih ke platform yang menggabungkan audio dan visual, seperti YouTube dan Instagram. Perangkat seperti ponsel pintar yang telah mereka gunakan sejak kecil, memungkinkan akses ke konten interaktif yang jauh lebih menarik dibandingkan siaran radio konvensional. Akibatnya, jumlah pendengar radio terus menurun, tidak hanya dari generasi muda, tetapi juga dari kalangan lainnya.
Radio yang hanya mengandalkan suara dianggap kurang mampu memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan yang lebih detail dan visual. Media sosial, dengan keunggulannya dalam menyajikan konten audio-visual, menawarkan pengalaman yang lebih kaya. Hal ini membuat radio harus berjuang keras untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu media penyiaran utama.
Untuk tetap relevan, radio perlu melakukan inovasi. Pemerintah juga diharapkan berperan aktif dalam mendukung kelangsungan radio dengan program-program yang menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, langkah-langkah kolaboratif yang melibatkan industri radio dan platform digital dapat menjadi solusi untuk menjangkau generasi muda.
“Radio bukan sekadar alat penyiaran, melainkan bagian dari sejarah bangsa yang perlu dilestarikan,” kata seorang pengamat media.
Dengan inovasi yang tepat, radio tetap memiliki peluang untuk bersaing di era digital. Pelestarian ini bukan hanya tugas industri radio, tetapi juga tanggung jawab semua pihak yang ingin menjaga nilai sejarah dan budaya.
Di tengah tantangan ini, penting bagi radio untuk menemukan cara baru menarik minat generasi muda. Program kreatif yang memadukan teknologi modern dengan nilai-nilai historis dapat menjadi kunci keberhasilan. Radio yang berinovasi mampu mempertahankan posisinya sebagai medium penyiaran yang relevan sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai sejarah.
(Opini oleh Dyah Noor Intan, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ratu Samban)
