WASHINGTON – Ketegangan di Laut Karibia mencapai titik didih baru. Pemerintah Amerika Serikat mengonfirmasi telah mencegat kapal tanker minyak ketiga dalam sepekan terakhir di lepas pantai Venezuela, Minggu (21/12).
Langkah agresif ini merupakan bagian dari "blokade total" yang diperintahkan Presiden Donald Trump terhadap ekspor minyak mentah pemerintahan Nicolás Maduro.
Pejabat senior AS, yang berbicara dalam kondisi anonim, mengungkapkan bahwa kapal terbaru yang dicegat sedang dalam pantauan ketat di perairan internasional.
Meski lokasi persisnya dirahasiakan, operasi ini menandai peningkatan eskalasi militer yang signifikan sejak Trump mendeklarasikan pengepungan terhadap kapal-kapal yang terkena sanksi.
Eskalasi yang Tak Terelakkan
Insiden hari Minggu ini menyusul penyitaan kapal tanker raksasa (super-tanker) berbendera Panama, Centuries, pada hari Sabtu (20/12) di timur Barbados.
Yang mengejutkan, Centuries dilaporkan tidak masuk dalam daftar sanksi awal AS—sebuah langkah yang oleh para analis dianggap sebagai perluasan drastis dari parameter blokade.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, menegaskan sikap tanpa kompromi Washington.
"Kami akan terus mengejar pergerakan minyak ilegal yang digunakan untuk mendanai narkoterorisme di kawasan ini. Kami akan menemukan Anda, dan kami akan menghentikan Anda," tegas Noem melalui akun media sosialnya.
