Peringati Hari Anak, Yayasan PUPA Bengkulu Suarakan Anti-Kekerasan Lewat Lomba Reels Instagram

Peringati Hari Anak, Yayasan PUPA Bengkulu Suarakan Anti-Kekerasan Lewat Lomba Reels Instagram

IKOBENGKULU.COM – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli 2025, Yayasan PUPA Bengkulu menggelar serangkaian kegiatan kreatif yang bertujuan meningkatkan kesadaran anak-anak dan remaja terhadap isu kekerasan, terutama di dunia digital. Salah satu kegiatan utamanya adalah kompetisi Reels Instagram bertema anti-kekerasan yang ditujukan untuk anak muda hingga usia 21 tahun.

Ketua Yayasan PUPA, Susi Handayani, menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar memperingati Hari Anak, melainkan bagian dari program pendidikan publik yang dilakukan secara rutin oleh yayasan. PUPA, sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan untuk perempuan dan anak korban kekerasan, terus berupaya menyuarakan keadilan gender serta memberikan advokasi kebijakan.

"Anak-anak sekarang tidak bisa dilepaskan dari dunia digital, karena itu kami ajak mereka menyuarakan isu-isu penting seperti kekerasan berbasis online, bullying, hingga hak atas kesehatan seksual dan reproduksi lewat Reels di Instagram," jelas Susi.

Melalui kegiatan ini, anak-anak diharapkan lebih dekat dengan isu-isu penting seputar kekerasan dan kesetaraan. "Dengan mereka mencari informasi untuk membuat reels, kami harap muncul ketertarikan mendalam terhadap isu tersebut. Harapannya, mereka bisa jadi pelopor ataupun pelapor kekerasan di lingkungan mereka," tambahnya.

Susi juga menekankan bahwa perlindungan dan pendidikan terhadap anak harus dilakukan oleh banyak pihak. Pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta perlu bersinergi untuk membangun sistem yang mendukung tumbuh kembang anak secara sehat dan bahagia.

“Kita tidak bisa membiarkan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak ramah. Karena anak belajar dari apa yang mereka lihat. Kalau dari kecil mereka akrab dengan kekerasan, maka itulah yang akan mereka tiru,” ujar Susi.

Menanggapi fenomena kekerasan yang melibatkan anak-anak seperti geng motor, Susi menilai pentingnya peran psikolog dalam melakukan asesmen terhadap kondisi anak. "Anak-anak yang tergabung dalam kelompok dewasa cenderung jadi pihak yang lebih lemah dan hanya ikut-ikutan. Di sinilah pentingnya pendekatan psikologis untuk menentukan bentuk intervensi yang tepat."

Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman hukum bagi anak-anak dan orang tua. Jika anak di atas 14 tahun melakukan tindak pidana dengan ancaman di atas 7 tahun, maka proses hukum tetap harus dijalankan sesuai undang-undang, dan tidak bisa lagi melalui mediasi.

Hari Anak tahun ini menjadi momentum penting bagi Yayasan PUPA Bengkulu untuk kembali menegaskan bahwa perlindungan terhadap anak harus menjadi tanggung jawab bersama—dimulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index