IKOBENGKULU.COM – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Wahyu Yuwana, mengungkapkan bahwa Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat pada Triwulan IV 2024. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tercatat mengalami penurunan meskipun beberapa sektor masih menunjukkan tanda-tanda penguatan.
"Pada Triwulan IV 2024, PDRB Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 4,55%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan IV 2023 yang mencapai 4,84%. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Bengkulu selama 2024 memperlihatkan penurunan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal," ujar Wahyu.
Menurut data yang dirilis oleh Bank Indonesia, PDRB Bengkulu untuk Triwulan IV 2024 tercatat 4,55%, dengan pertumbuhan tahunan yang relatif stabil sepanjang tahun ini, yakni Triwulan I di angka 4,64%, Triwulan II sebesar 4,70%, dan Triwulan III di angka 4,57%.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mengalami pelambatan yang dipengaruhi oleh penurunan produksi kelapa sawit dan kinerja pertambangan batubara yang melemah. Namun, konsumsi rumah tangga tetap didorong oleh momentum Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Nataru.
Yuwana menjelaskan, "Konsumsi rumah tangga memang menunjukkan penurunan, tetapi ada faktor penyeimbang seperti peningkatan konsumsi pada momen Nataru."
Kinerja konsumsi pemerintah juga tercatat melambat, terutama terkait dengan penyelesaian proyek pemerintah daerah dan refocusing belanja. Sementara itu, sektor pertanian mengalami akselerasi yang didorong oleh panen gadu padi dan komoditas hortikultura, serta harga kopi yang tetap menguat. "Sektor pertanian, khususnya padi dan hortikultura, mengalami pertumbuhan yang baik. Harga kopi juga menjadi pendorong positif bagi sektor ini," tambah Wahyu.
Sektor perdagangan besar dan eceran mencatatkan akselerasi berkat meningkatnya konsumsi masyarakat pada periode puncak musim liburan. Namun, sektor transportasi dan pergudangan mengalami pelambatan, terutama akibat terkendalanya aktivitas pergudangan di pelabuhan dan tertahannya pelayaran ke Enggano karena cuaca buruk.
Wahyu menyatakan, "Kondisi pergudangan di pelabuhan dan pelayaran yang terhambat menjadi tantangan tersendiri bagi sektor ini."
Kinerja investasi juga tercatat melambat, seiring dengan selesainya beberapa proyek strategis, seperti SPAM KOBEMA dan Trans Enggano, serta finalisasi proyek infrastruktur rutin pemerintah daerah. "Sektor investasi memang sedikit melambat, namun ini disebabkan oleh selesainya beberapa proyek besar dan transisi ke proyek infrastruktur rutin," jelas Wahyu.
Sektor ekspor menghadapi tantangan, dengan penurunan volume ekspor batubara yang dipengaruhi oleh pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai dan tingginya biaya ship-to-ship yang menghambat penjualan. "Kinerja ekspor batubara terpengaruh oleh masalah di pelabuhan dan logistik. Ini menjadi tantangan bagi sektor ekspor Bengkulu," tutup Wahyu.
Sementara itu, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 2,17% (yoy), membaik dibandingkan dengan Triwulan III 2024 yang tercatat -2,38% (yoy), yang dipicu oleh kenaikan harga bahan baku CPO di tengah terbatasnya produksi.
Wahyu menambahkan, "Industri pengolahan mengalami perbaikan, terutama terkait dengan kenaikan harga bahan baku CPO yang mendongkrak kinerja sektor ini." ***