Tekankan Literasi Digital dan Kesiapan Pemilih Pemula Jelang Pilkada 2024 Lewat Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0

Tekankan Literasi Digital dan Kesiapan Pemilih Pemula Jelang Pilkada 2024 Lewat Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0
Sebanyak 100 siswa dari SMA N 1 Kota Bengkulu mengikuti kegiatan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar yang diselenggarakan oleh Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) Provinsi Bengkulu, Selasa (17/9/2024). (FOTO: DOK/JAPELIDI)

IKOBENGKULU.COM  - Sebanyak 100 siswa dari SMA N 1 Kota Bengkulu mengikuti kegiatan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar yang diselenggarakan oleh Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) Provinsi Bengkulu, Selasa (17/9/2024).

Dr. Lisa Adrhianti selaku Koordinator Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Provinsi Bengkulu, menyampaikan bahwa kegiatan Sekolah Kebangsaan ini ditujukan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan di era digital.

Program ini bertujuan mencetak generasi yang kritis secara akademik dan bijaksana dalam berpikir, terutama dalam menghadapi derasnya arus informasi menjelang Pilkada 2024.

"Kita menekankan pentingnya kemampuan memeriksa fakta serta menjadi pemilih yang cerdas, terutama bagi pemilih pemula yang berpartisipasi dalam Pilkada mendatang," ujar Lisa dalam sambutannya.

Ada banyak komponen yang wajib diketahui oleh para pemilih pemula agar tidak terjebak dalam situasi yang penuh fitnah, ujaran kebencian, dan hal-hal negatif lainnya.

Fasilitator dan pelaksana berfoto dengan Bunda Literasi Hj Derta Wahyulin Rohidin dan Kepala Sekolah SMA N 1 Kota Bengkulu, Syahroni saat Sekolah Kebangsaan Tular Nalar yang diselenggarakan oleh Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) Provinsi Bengkulu, Selasa (17/9/2024).

Kegiatan bertajuk Tular Nalar 3.0 ini merupakan inisiatif dari Mafindo dengan dukungan Google.org.id danLove Frankie sebagai mitra pelaksana, telah merangkul berbagai komunitas di seluruh Indonesia, termasuk Bengkulu.

Program ini berfokus pada penguatan literasi digital bagi generasi muda, terutama dalam menangkal hoax dan misinformasi.

“Melalui sekolah kebangsaan, anak muda diharapkan mampu mengidentifikasi dan menangkal hoax serta misinformasi,” tambah Dr. Lisa.

Masih kata Lisa, program yang memasuki tahun keduanya di Bengkulu ini sebelumnya juga telah diselenggarakan pada tahun 2023, dengan melibatkan beberapa SMA dan kampus di Provinsi Bengkulu.

Untuk tahun ini, program fokus pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Kota Bengkulu, dengan 100 peserta terpilih yang diharapkan mampu menjadi agen literasi digital di lingkungannya.

"Sebelumnya sudah pernah dilakukan dan kita mengundang perwakilan siswa dari SMA se-Kota Bengkulu dan juga mahasiswa dari berbagai kampus di Bengkulu," sambungnya.

Senada dengan Lisa, Kepala Sekolah SMA N 1 Kota Bengkulu, Syahroni, M.Pd mengucapkan terima kasih atas kepercayaan pihak penyelenggara kegiatan yakni Japelidi Bengkulu yang telah memilih SMA N 1 Kota Bengkulu sebagai lokasi Sekolah Kebangsaan tahun 2024.

"Terima kasih kami ucapkan pada Japelidi Bengkulu dan kami pihak sekolah pada prinsipnya mendukung setiap kegiatan yang di melibatkan siswa-siswi di SMA N 1 Kota Bengkulu, apalagi berkenaan dengan literasi digital dan pencegahan hoax jelang pemilu," ungkap Syahroni.

Sementara itu, Citra Rosalyn Anwar selaku Community Outreach Mafindo, juga menyampaikan harapannya agar para siswa yang terlibat dalam program ini menjadi agen perubahan.

"Anak-anak SMA 1 Bengkulu yang cerdas ini akan menjadi agen yang menyebarkan hal-hal baik yang kami bagikan di sekolah kebangsaan kepada orang-orang di sekitarnya," kata Citra

Disisi lain, Bunda Literasi Provinsi Bengkulu, Derta Rohidin,  memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan sekolah kebangsaan ini.

Ia menuturkan bahwa pentingnya memahami cara memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, terutama informasi pemilu yang mana sekolah kebangsaan menyasar pemilih pemula sebagai pesertanya.

Dengan harapan, kegiatan Sekolah Kebangsaan ini  tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta, tetapi juga menumbuhkan kesadaran aktif dalam menghadapi tantangan informasi di era digital dan membentuk generasi muda yang cerdas serta paham demokrasi.

“Pengetahuan ini sangat penting, terutama dalam menghadapi misinformasi dan berbagai bentuk penipuan digital yang marak terjadi, seperti penipuan online atau melalui pesan singkat,” pungkas Derta.

Diketahui, Tular Nalar merupakan program pelatihan literasi digital yang diinisiasi oleh MAFINDO dan didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana, telah muncul sebagai platform online pembelajaran utama yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi dan menyikapi hoaks melalui literasi digital dan pemikiran kritis.

Dikembangkan bekerja sama dengan Institut Kebudayaan dan Kemanusiaan MAARIF pada tahap awal, Tular Nalar telah mengalami pertumbuhan yang pesat dalam tiga tahun ini, dengan preferensi khusus untuk melibatkan first-time voters pre-lansia, dan lansia.

Sedangkan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) adalah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk memerangi misinformasi dan hoaks. Berdiri pada tahun 2016, MAFINDO memiliki lebih dari 95.000 anggota online dan 1.000 sukarelawan.

MAFINDO sendiri memiliki 20 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia dan mencakup berbagai bidang, termasuk pada pencegahan hoax, hoax busting, edukasi publik, seminar, lokakarya, advokasi, pengembangan teknologi anti-hoax, penelitian, dan keterlibatan sosial di tingkat akar rumput. ***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index