JAKARTA, IKOBENGKULU.COM – Gelombang demonstrasi sejak Kamis (28/8) diwarnai banjir hoaks. Video kerusuhan di Baghdad disebar seolah terjadi di Jakarta. Ada pula kabar penjarahan di gedung DPR dan Mall Atrium Senen yang ternyata tidak benar.
Ketua Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho atau Zek mengatakan, hoaks yang beredar semakin canggih. Sejumlah konten sudah memakai teknologi deepfake. “Akibatnya muncul ketidakpastian, kemarahan, hasutan kebencian, dan aksi kekerasan,” ujarnya di Yogyakarta, Minggu (31/8).
Empat Sikap Mafindo

Pertama, Mafindo mendukung demonstrasi sebagai hak berpendapat yang dijamin konstitusi. Kedua, mengecam aksi kekerasan, baik oleh demonstran maupun aparat. Penjarahan ditegaskan sebagai tindak pidana yang merugikan semua pihak.
Ketiga, Zek menyoroti digital activism yang berjalan seiring aksi di jalanan. Banyak warganet melakukan siaran langsung (live report) di media sosial. Mafindo menolak pembatasan siaran langsung, namun mengingatkan masyarakat agar tidak mudah termakan provokasi. “Jangan mudah percaya hoaks,” katanya.
Keempat, Mafindo memperingatkan bahaya doxing atau penyebaran data pribadi tanpa izin. Praktik itu sering memicu persekusi daring dan serangan siber.
Ajak Tenangkan Situasi
Mafindo mengajak semua pihak meredakan ketegangan. “Mari bergandeng tangan, merajut kebersamaan, dan menata Indonesia ke depan,” ujar Zek. ***