Bengkulu – Di sepanjang ruas jalan Kota Bengkulu, pemandangan penjual es jeruk kini sudah menjadi hal biasa. Namun bagi Sutrimawati, yang sudah dua tahun menekuni usaha ini, ramainya penjual bukanlah ancaman, melainkan tanda bahwa minuman segar ini memang disukai banyak orang.
“Persaingan itu biasa, malah saya rasa makin banyak yang jual, suasananya makin ramai dan rezeki tetap ada,” tuturnya sambil menyiapkan pesanan pelanggan di lapak sederhananya.
Kunci dari usahanya terletak pada pasokan jeruk ceri hijau yang ia gunakan sebagai bahan utama. Buah ini tidak selalu ada setiap saat karena bergantung pada musim panen. Namun, Sutrimawati memiliki pemasok tetap yang selalu memastikan ketersediaan jeruk untuknya.
“Saya beli dari langganan, alhamdulillah nggak pernah putus stoknya. Kadang jeruknya dari Pagaralam, kadang dari Lampung, tergantung musim,” jelasnya.
Dengan harga jual Rp5.000 per gelas, ia mengakui keuntungan yang didapat memang tipis, tetapi jumlah penjualan menjadi penopang pendapatan hariannya.
“Kalau cuaca cerah, es jeruk bisa terjual sampai 200 gelas sehari. Kalau ditambah es teh yang juga saya jual, bisa 300–400 gelas. Tapi kalau cuaca hujan seperti sekarang, penjualan bisa turun drastis, kadang hanya 100–150 gelas,” kata Sutrimawati.
Salah satu pembeli, Delon, mengaku memilih membeli di lapak Sutrimawati karena rasa es jeruknya yang konsisten. “Segarnya beda, nggak terlalu manis tapi tetap terasa jeruknya. Saya sudah coba di tempat lain, tapi di sini rasanya paling pas. Mungkin karena jeruknya selalu fresh,” ujarnya.
Meski persaingan semakin ketat dan cuaca kerap memengaruhi jumlah pembeli, Sutrimawati tetap memandang ke depan dengan optimis. Harapannya sederhana: usahanya bisa terus berjalan lancar dan mampu bertahan di tengah segala tantangan.
“Yang penting tetap jaga kualitas, insyaallah pembeli nggak akan lari,” ucapnya mantap.
