Bengkulu — Harga telur ayam kembali mengalami kenaikan. Jika sebelumnya berada di kisaran Rp40.000–Rp55.000, kini melonjak menjadi Rp52.000–Rp58.000. Kenaikan ini membuat pembeli merasa terbebani, sementara penjual harus menghadapi keluhan dari pelanggan.
Kenaikan harga ini sudah dirasakan di sejumlah pasar tradisional. Luis, salah satu penjual telur di Pasar panorama, mengakui bahwa pasokan dari peternak memang berkurang.
“Populasi ayamnya menurun, jadi telur yang masuk ke pasar lebih sedikit. Harga ayam juga naik dari Rp40.000 jadi Rp50.000 per ekor. Jadi otomatis harga telurnya ikut naik,” ujar Luis.
Karena harga terus naik, banyak pembeli mulai menyesuaikan pembelian. Citra, seorang ibu rumah tangga yang ditemui di lokasi yang sama, mengatakan bahwa ia tetap membeli telur meskipun dengan jumlah yang lebih sedikit.
“Karena telur itu penting, apalagi buat sarapan anak-anak. Tapi sekarang saya cuma beli setengah kilo. Biasanya satu kilo. Harga segini tuh bikin belanja bulanan jadi berat,” ungkap Ibu Citra.
Menurut Luis, saat ini strategi yang dilakukan oleh pedagang adalah dengan memprioritaskan pelanggan tetap agar tidak kehabisan stok.
“Kami sekarang isi dulu ke pelanggan langganan. Kalau semua dikasih rata, takutnya malah stok nggak cukup,” jelasnya.
Dari pembeli, Citra berharap pemerintah turun tangan mengatasi masalah ini. Jika tidak segera ditangani, bukan tak mungkin harga kebutuhan pokok lainnya ikut terdampak.
“Mudah-mudahan ada solusi, biar harga bisa normal lagi. Soalnya kalau begini terus, susah juga untuk masyarakat kecil,” harapnya. (Hanifah)