IKOBENGKULU.COM – Bagi sebagian mahasiswa, makanan favorit adalah sekadar pilihan praktis untuk mengisi perut. Namun tidak demikian halnya dengan Hanifa, mahasiswi semester lima di salah satu universitas di Bengkulu. Baginya, sepiring nasi goreng bukan hanya santapan lezat, melainkan sebuah "peluk hangat" yang mampu mengembalikan semangat dan membawa dirinya kembali ke masa-masa paling nyaman dalam hidupnya.
Kecintaan Hanifa terhadap nasi goreng bukanlah tanpa alasan. Hidangan sederhana namun ikonik ini telah menemaninya sejak kecil. "Rasanya yang khas dan juga mengingatkan akan masa lalu saat masih kecil" kenang Hanifah.
Nasi goreng buatan ibunya memang memiliki tempat spesial di hati Hanifa. Kombinasi rasa manis, gurih, dan sedikit pedas yang pas, dengan racikan bumbu rahasia sang ibu, selalu berhasil membangkitkan kenangan indah masa lalu. Setiap suapan seolah membawa Hanifa kembali ke meja makan rumahnya, berbagi cerita dan tawa bersama keluarga.
Jauh dari rumah dan masakan sang ibu, Hanifa kini sering mencoba membuat nasi goreng sendiri. Meskipun tak pernah bisa menandingi rasa otentik buatan ibunya, upaya itu setidaknya sedikit mengobati kerinduannya.
Di tengah padatnya jadwal kuliah, tumpukan tugas, dan tekanan sebagai mahasiswa, nasi goreng menjadi "oase" bagi Hanifa. Hidangan ini bukan hanya mengisi perutnya yang lapar, tetapi juga menenangkan pikirannya yang penat. Ia adalah pengingat akan kasih sayang, kehangatan keluarga, dan momen-momen bahagia yang tak lekang oleh waktu.
Kisah Hanifa ini menyoroti bagaimana sebuah makanan bisa menjadi lebih dari sekadar nutrisi. Nasi goreng, bagi Hanifa, adalah jembatan menuju masa lalu, sumber nostalgia, dan penyemangat di masa kini. Sebuah bukti bahwa kadang, kebahagiaan sejati bisa ditemukan dalam sepiring nasi goreng yang sederhana, namun penuh makna. (Febi/Uinfas Bengkulu)
