IKOBENGKULU.COM - Di Bengkulu, harga beras mengalami kenaikan yang sejalan dengan tren nasional, diperkirakan meningkat antara Rp200 hingga Rp500 per kilogram pada minggu kedua Februari 2024.
Survei Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia mengungkapkan bahwa kenaikan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk dampak cuaca ekstrim akhir tahun 2023 yang berujung pada gagal panen, periode tanam padi di triwulan pertama tahun 2024, dan kenaikan biaya produksi.
"Peningkatan harga ini merupakan fenomena sementara, diharapkan berkurang secara bertahap menjelang panen raya antara akhir Maret hingga Mei," jelas Darjana, Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu.
Kabupaten Lebong, sebagai salah satu daerah yang memasuki periode tanam kedua, diharapkan dapat memberikan tambahan pasokan yang signifikan.

Dalam upaya mengendalikan inflasi dan stabilisasi harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bengkulu, bersinergi dengan Bank Indonesia, telah menginisiasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendukung produksi pangan nasional secara integratif dan masif.
"Kami telah melakukan berbagai upaya, termasuk operasi pasar murah, subsidi transportasi, serta menerapkan praktik terbaik dalam penanaman dan panen untuk memastikan ketersediaan pangan," tambah Darjana.
Untuk mendukung upaya ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu dan pemerintah daerah fokus pada peningkatan ketersediaan pasokan padi dan beras.
Ini termasuk panen perdana di lahan percontohan padi terintegrasi total MA-11 yang berhasil meningkatkan produktivitas hingga 13 ton per hektar di Kabupaten Mukomuko dan Kepahiang.