Oleh: Nurul Hasanah, Mahasiswa KPI, UINFAS Bengkulu
Di era digital yang semakin berkembang, Artificial Intelegence (AI) menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi Generasi Z, kelompok usia yang tumbuh bersamaan dengan kemajuan teknologi. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2022 (AJII) menunjukkan bahwa sekitar 95% penggunaan internet di indonesia adalah generasi muda, sebagian besar diantaranya adalah Gen Z. Hal ini memengaruhi cara mereka belajar, berpikir, berkomunikasi, berinteraksi, hingga mengambil keputusan. Meski teknologi ini mudah diakses, pengguna harus memahami dan memenuhi sejumlah kriteria serta standar utama yang harus dipatuhi oleh sistem AI untuk mendukung penggunaan yang etis dan bertanggung jawab.
Persoalan keamanan dan privasi data menjadi isu utama dalam penggunaan AI yang begitu dekat dengan Gen Z. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk mengetahui bagaimana data mereka dikumpulkan dan digunakan. Sejalan dengan itu, Dr. Yanuar Nugroho, seorang pakar kebijakan publik dari Universitas Gadjah Mada, menegaskan bahwa “Perlunya edukasi mengenai privasi data untuk menghindari penutupan informasi” (Nugroho, 2022). Gen Z harus menjadi pengguna yang cerdas dan kritis terhadap data pribadi mereka, serta aktif mendorong diskusi tentang perlindungan privasi di lingkungan mereka.
Kemudian, aspek transparansi dalam AI yang merujuk pada kemampuan untuk menjelaskan dan memahami keputusan yang dibuat. Namun faktanya, banyak keputusan yang diambil oleh sistem AI terjadi tanpa transparansi yang memadai. Sebuah studi oleh MIT Media Lab (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 80% sistem AI yang digunakan dalam industri tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang bagaimana keputusan dibuat. Hal ini menciptakan "kotak hitam" di mana pengguna dan pemangku kepentingan tidak dapat memahami proses pengambilan keputusan. Sebagai digital native, Gen Z harus mendorong perkembangan sistem AI yang dapat dijelaskan, sehingga mereka dapat memahami bagaimana dan mengapa keputusan itu bisa dibuat.
- Baca Juga Apakah India 'Raja Tarif'? Tidak Juga
Selanjutnya, prinsip keadilan dalam AI dituntut untuk membuat keputusan yang tidak memihak kelompok tertentu berdasarkan ras, jenis kelamin, status sosial ekonomi, maupun faktor SARA. Menurut Dr. Adi selaku peneliti sosial menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran di kalangan Gen Z mengenai potensi bias dalam AI. Ia berpendapat bahwa generasi muda harus dilatih untuk mengenali dan mengatasi bias dalam pengambilan keputusan yang menggunakan teknologi AI, sehingga mereka dapat berkontribusi pada pengembangan sistem yang lebih adil (Adi, 2023). Dengan demikian, Gen Z berperan penting dalam memastikan bahwa teknologi yang mereka gunakan tidak hanya efektif, teetapi juga etis dan inklusif.
Sebagai pengguna aktif teknologi, Gen Z memiliki peran penting dalam menerapkan etika penggunaan Diantaranya adalah menjadi pengguna yang sadar, harus memilih aplikasi dan platform yang menunjukkan komitmen terhadap etika dan tanggung jawab sosial Selanjutnya, aktif terlibat dalam diskusi untuk memberikan informasi AI yang etis di kalangan teman sebaya, dengan berbagi pengetahuan, dan mendorong diskusi untuk penggunaan AI secara bertanggungjawab. Terakhir, mengembangkan keterampilan digital seperti coding, analisis data, dan literasi media untuk memahami AI lebih mendalam.
Untuk menhadapi tantangan ini, Gen Z diharapkan lebih aktif dalam memahami penggunaan AI yang harus diwujudkan dalam bentuk etika dan tanggung jawab sosial, seperti kesadaran,, diskusi kritis, dan penguatan keterampilan digital. Dengan begitu, anak muda tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga agen perubahan yang mampu memastikan bahwa penggunaan AI berlangsung secara etis dan bertanggung jawab.***