Ikobengkulu.com, Internasional - Konflik di Lebanon yang berlangsung selama 13 bulan terakhir antara Israel dan kelompok Hizbullah telah menyebabkan jumlah korban tewas melebihi 3.000 jiwa.
Konflik ini semakin memanas sejak pertengahan September, di mana intensitas serangan meningkat drastis, dan diperparah oleh invasi Israel ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.
Kondisi ini mengakibatkan dampak besar terhadap penduduk Lebanon, yang semakin terjebak dalam situasi yang penuh ketidakpastian.
Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 13.000 orang terluka akibat serangan yang terjadi.
Selain itu, lebih dari satu juta warga Lebanon telah terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka untuk mencari perlindungan.
Konflik ini tak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan infrastruktur dan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi warga Lebanon.
Israel mengklaim bahwa di antara korban tewas tersebut terdapat ratusan anggota Hizbullah, termasuk pemimpin tertinggi mereka, Hassan Nasrallah, dan beberapa komandan senior lainnya.
Di sisi Israel, tercatat sekitar 72 orang tewas akibat serangan drone dan roket yang diluncurkan oleh Hizbullah, di mana 30 di antaranya adalah tentara Israel.
Data ini menunjukkan bahwa dampak konflik tidak hanya dirasakan oleh Lebanon, tetapi juga menimbulkan kerugian di pihak Israel.
Penjabat Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengajukan seruan untuk "tekanan internasional segera" guna menghentikan konflik ini.
Dalam pernyataannya yang disampaikan pada hari Senin, Mikati menekankan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil, tim medis, dan warisan budaya Lebanon yang terancam rusak akibat serangan udara yang terus berlanjut.
Kota-kota bersejarah seperti Tyre dan Baalbek menjadi sasaran serangan, menimbulkan risiko kerusakan pada situs-situs kuno di wilayah tersebut.
Tidak hanya di Lebanon, ketegangan juga menyebar ke negara tetangga, Suriah.
Kantor berita pemerintah Suriah melaporkan adanya serangan udara Israel di pinggiran Damaskus, yang meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, menyebabkan kerusakan material.
Militer Israel menyebut serangan ini ditujukan pada markas intelijen Hizbullah di Suriah.
Sementara itu, di Jalur Gaza, Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan setidaknya 12 warga Palestina di Beit Lahiya pada hari Senin.
Serangan yang terus meningkat di wilayah utara Gaza ini mengakibatkan kondisi yang semakin genting.
Israel mengklaim bahwa militan Hamas tengah menggalang kekuatan di Gaza utara, sehingga mereka mengeluarkan perintah evakuasi bagi penduduk yang tersisa serta memperkuat serangan di beberapa kota, termasuk Jabaliya, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya.
Krisis kemanusiaan semakin terasa di wilayah konflik ini. Di Gaza, beberapa rumah sakit telah ditembaki, dan hanya tiga rumah sakit yang masih beroperasi untuk menangani pasien.
Kondisi fasilitas medis yang terbatas ini membuat penanganan korban luka semakin sulit, terutama bagi mereka yang membutuhkan perawatan darurat.