BI Bengkulu Perkuat Sinergi Kebijakan Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi, Dukung Penuh Agenda Asta Cita Pemerintah

Senin, 16 Juni 2025 | 20:01:00 WIB
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, dalam paparannya mengenai arah kebijakan ekonomi daerah tahun 2025 saat Capacity Building Wartawan Ekonomi Bengkulu, di Rejang Lebong.

IKOBENGKULU.COM – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu menyatakan komitmennya dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan upaya mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Seluruh bauran kebijakan Bank Indonesia diselaraskan dengan arah pembangunan nasional yang dirumuskan dalam Asta Cita, yakni delapan agenda prioritas Presiden dalam mewujudkan Indonesia Maju.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, dalam paparannya mengenai arah kebijakan ekonomi daerah tahun 2025 saat Capacity Building Wartawan Ekonomi Bengkulu, di Rejang Lebong.

“Kami di Bank Indonesia terus berupaya agar bauran kebijakan dapat menjawab tantangan global dan domestik, serta mendukung program prioritas nasional. Stabilitas tetap menjadi fondasi utama, namun pertumbuhan ekonomi inklusif dan hijau juga menjadi tujuan strategis ke depan,” ujar Wahyu.

Menjaga Stabilitas, Mendorong Pertumbuhan

Bauran kebijakan Bank Indonesia diarahkan pada dua sisi yang saling melengkapi, yaitu Pro-Stability & Growth dan Pro-Growth.

Pada sisi stabilitas (Pro-Stability), kebijakan BI fokus pada:

- Kebijakan Moneter, seperti pengaturan BI-Rate, operasi pasar terbuka (SRBI, SVBI, SUBVI), dan intervensi nilai tukar (spot, DNDF, jual beli SBN).

- Makroprudensial, termasuk pengaturan rasio LTV/FTV, DP kredit kendaraan bermotor, dan penguatan transparansi SBDK.

- Stabilisasi sistem keuangan, melalui peran lembaga seperti KLM (Kebijakan Likuiditas Makroprudensial), PLM (Penyangga Likuiditas Makro), dan CCyB (Countercyclical Buffer).

Adapun sisi pertumbuhan (Pro-Growth) diperkuat melalui:

- Penguatan sistem pembayaran dengan QRIS, BI-FAST, dan Kartu Kredit Pemerintah.

- Pendalaman pasar uang dan pasar keuangan, termasuk pengembangan SNAP, SKNBI, dan BI-FAST.

Pengembangan ekonomi keuangan inklusif dan hijau, terutama mendorong pembiayaan ramah lingkungan dan pemberdayaan UMKM berbasis digital.

“Semua instrumen ini digunakan secara terintegrasi untuk menjaga inflasi tetap terkendali, memperkuat nilai tukar rupiah, dan memastikan likuiditas di pasar keuangan terjaga dengan baik,” tambah Wahyu.

Selaras dengan Asta Cita Pemerintah

Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan bahwa arah kebijakan Bank Indonesia juga mendukung Asta Cita yang menjadi prioritas pembangunan nasional. Setidaknya terdapat lima poin Asta Cita yang menjadi perhatian utama BI:

1. Ketahanan dan Hilirisasi Pangan (Asta Cita #2 dan #3)
BI mendukung sektor pangan melalui pendalaman pembiayaan pertanian dan digitalisasi distribusi pangan.

2. Hilirisasi dan Pengembangan Industri (Asta Cita #5)
BI mendorong penguatan sektor industri daerah melalui dukungan UMKM, pengembangan sektor riil, dan penguatan akses pasar domestik serta ekspor.

3. Digitalisasi dan Ekonomi Hijau (Asta Cita #2)
Inovasi sistem pembayaran digital seperti QRIS dan BI-FAST mempercepat transformasi ekonomi digital dan mendukung pengurangan jejak karbon.

4. Penguatan SDM dan Pemberdayaan Desa (Asta Cita #4 dan #6)
BI mendukung penguatan kapasitas ekonomi desa melalui program Klaster UMKM, pemberdayaan komunitas perempuan, dan inklusi keuangan syariah.

5. Pembiayaan Perekonomian (Asta Cita #5)
Melalui penguatan sinergi antara perbankan, pemerintah daerah, dan dunia usaha, BI mendorong ekspansi kredit produktif terutama untuk sektor prioritas.

“Digitalisasi ekonomi dan inklusi keuangan menjadi pilar penting menuju transformasi struktural yang sejalan dengan Asta Cita. Kami ingin memastikan setiap daerah, termasuk Bengkulu, ikut terlibat aktif dalam peta pembangunan nasional,” tutur Wahyu.

Implementasi di Bengkulu

Secara lokal, BI Bengkulu telah menginisiasi berbagai program yang selaras dengan arah kebijakan pusat. Salah satunya adalah pengembangan klaster pangan unggulan seperti kopi Bengkulu dan jagung Rejang, serta pendampingan digitalisasi keuangan bagi pelaku UMKM di wilayah pedesaan.

Selain itu, dalam upaya memperkuat ekonomi hijau, BI Bengkulu juga mendorong pemanfaatan sistem pembayaran digital pada sektor pertanian dan pariwisata yang ramah lingkungan.

“Dengan menjaga stabilitas ekonomi dan terus memperluas ruang pertumbuhan, kami berharap peran daerah seperti Bengkulu dapat makin strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Wahyu.

Bank Indonesia berkomitmen untuk terus bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam mengawal arah pembangunan yang stabil, inklusif, dan berkelanjutan. Arah kebijakan BI tidak hanya responsif terhadap dinamika global, tetapi juga kontributif dalam mendukung Asta Cita sebagai arah kebijakan transformasi Indonesia ke depan. ***

Terkini