IKOBENGKULU.COM- Ikan asin, panganan tradisional yang dikenal dengan cita rasa gurih dan teksturnya yang renyah, masih menjadi primadona di Bengkulu misalnya. Meskipun banyak pilihan makanan modern, ikan asin tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat.
Ikan asin makanan sederhana ternyata memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam budaya kuliner Indonesia. Lebih dari sekedar lauk pauk, ikan asin merupakan bukti kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan menjaga kelestariannya.
Dengan berbagai keunggulannya, ikan asin tetap menjadi pilihan yang tepat untuk melengkapi menu makanan sehari-hari. Sebagai panganan tradisional yang kaya manfaat, ikan asin diharapkan dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Hal ini menunjukkan bahwa ikan asin masih menjadi sumber protein yang penting bagi masyarakat, terutama di daerah pesisir. Salah satu faktor yang membuat ikan asin tetap diminati adalah harganya yang relatif terjangkau dan mudah didapatkan di berbagai pasar tradisional, Kawasan Pantai Malabero misalnya.
Proses pengasinan sendiri merupakan metode pengawetan tradisional yang telah diwariskan turun temurun. Ibu Eti selaku pedagang ikan asin mengatakan "untuk proses pengawetan ikan asin tergantung cuaca, kalau lagi musim panas butuh waktu 2 hari sampai 3 hari, ikan yang ukuran besar paling cepat 3 hari, sedangkan untuk ikan tawar membutuhkan waktu lebih lama lagi dalam proses pengawetannya" ujar Eti.
Ikan asin bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang sejarah, budaya, dan kearifan lokal. Melalui ikan asin, kita dapat merasakan sentuhan masa lalu dan menikmati cita rasa yang tak lekang oleh waktu. ***
PENULIS: SEFTIANA (Mahasiswa KPI UINFAS Bengkulu); FOTO : M ARIEF