Dua Desa di Rejang Lebong Bersiap Menjadi Desa Kopi Tangguh Iklim

Minggu, 25 Agustus 2024 | 14:45:58 WIB
Perempuan petani kopi di Desa Tebat Tenong Luar dan Desa Mojorejo berkolaborasi dengan pemerintah desa dalam penyusunan Ranperdes Desa Kopi Tangguh Iklim. (FOTO: Foto: Jamaludin WK)

IKOBENGKULU.COM - Dua desa di Kabupaten Rejang Lebong, yakni Desa Tebat Tenong Luar di Kecamatan Bermani Ulu Raya dan Desa Mojorejo di Kecamatan Selupu Rejang, kini tengah bersiap menjadi Desa Kopi Tangguh Iklim.

Langkah ini diinisiasi oleh para perempuan petani kopi di kedua desa tersebut, yang telah secara aktif terlibat dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) tentang Desa Kopi Tangguh Iklim.

Kesiapan kedua desa ini ditandai dengan berlangsungnya konsultasi Ranperdes yang melibatkan para pemangku kepentingan desa.

Di Desa Tebat Tenong Luar, konsultasi dipimpin oleh perwakilan perempuan petani kopi, termasuk Nurlela Wati dan Julian Novianti, yang mengundang kepala desa, ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), kepala dusun, tokoh adat, serta tokoh perempuan dan pemuda setempat. Pertemuan ini berlangsung di Masjid Al Ahyar pada Rabu, 14 Agustus 2024.

Perempuan petani kopi di Desa Tebat Tenong Luar dan Desa Mojorejo berkolaborasi dengan pemerintah desa dalam penyusunan Ranperdes Desa Kopi Tangguh Iklim./FOTO: Jamaludin WK

Sementara itu, di Desa Mojorejo, konsultasi juga dihadiri oleh para perempuan petani kopi seperti Lena Sari Susanti dan Susilawati, yang berkolaborasi dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat dalam diskusi yang berlangsung di Balai Desa Mojorejo pada Kamis, 15 Agustus 2024.

Dalam konsultasi tersebut, para perempuan petani kopi memaparkan latar belakang dan tujuan penyusunan Ranperdes Desa Kopi Tangguh Iklim, yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan desa dalam menghadapi perubahan iklim.

Mereka juga meminta masukan dari pemerintah desa dan para pihak yang hadir untuk menyempurnakan Ranperdes sebelum diajukan untuk disahkan menjadi Peraturan Desa (Perdes).

Kepala Desa Tebat Tenong Luar, Usman, menyatakan dukungannya terhadap inisiatif ini. "Tidak mungkin kami tidak mendukung upaya ibu-ibu, perempuan petani kopi. Setelah Ranperdes ini diajukan, kami akan bahas bersama BPD agar bisa disahkan," ujarnya.

Usman juga menambahkan bahwa ia akan meminta perangkat desa untuk memasukkan inisiatif Desa Kopi Tangguh Iklim ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang akan direvisi.

Senada dengan itu, Ketua BPD Desa Tebat Tenong Luar, Herdiansa, juga menunjukkan dukungannya. "BPD siap membahas Ranperdes ini dengan pemerintah desa agar dapat disahkan menjadi peraturan desa. Kami berharap ibu-ibu bisa bersabar selama proses ini berlangsung," katanya.

Kepala Desa Mojorejo, Tugimin, juga menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif ini.

"Tentunya, saya sangat mendukung, terutama karena ini dipelopori oleh kaum perempuan untuk kepentingan masyarakat Desa Mojorejo secara umum," tuturnya.

Dukungan serupa juga datang dari Ketua BPD Desa Mojorejo, Sularso, yang berkomitmen untuk membahas dan menyetujui Ranperdes ini.

Inisiatif ini tidak hanya mendapat dukungan dari pemerintah desa, tetapi juga dari The Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) - Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, yang telah memfasilitasi pelatihan dan workshop bagi perempuan petani kopi di kedua desa. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi perubahan iklim dan menyusun Ranperdes.

Dalam pelatihan tersebut, Kepala Bagian Hukum Pemda Kabupaten Rejang Lebong, Indra Hadiwinata, SH, menekankan pentingnya pelibatan Pemda dalam pembahasan Ranperdes ini.

"Inisiatif ibu-ibu untuk menyusun Ranperdes tentang Desa Kopi Tangguh Iklim ini sangat bagus. Saya berharap ini bisa diangkat menjadi Peraturan Bupati untuk melindungi kearifan lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang mampu menghadapi perubahan iklim," kata Indra.

Dengan semangat kolaborasi dan dukungan yang kuat, Desa Tebat Tenong Luar dan Desa Mojorejo bersiap untuk menjadi contoh desa yang tangguh dalam menghadapi tantangan iklim, sekaligus menjaga kearifan lokal dalam pengelolaan kopi.

Upaya ini diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk mengikuti jejak serupa dalam membangun ketahanan lingkungan dan ekonomi berbasis komunitas.***

Terkini