IKOBENGKULU.COM - Penerapan teknologi menjadi kunci dalam mengelola wabah demam berdarah yang terus meningkat di Malaysia, melalui data waktu nyata, peringatan dini, dan keterlibatan masyarakat yang memperkuat kemampuan otoritas kesehatan dalam melindungi komunitas. Demam berdarah, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, terus menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan di negara ini.
Tahun lalu, Malaysia mencatat lebih dari 123.000 kasus demam berdarah, meningkat 86,5 persen dari 66.102 kasus pada tahun 2022. Ini merupakan jumlah kasus tertinggi yang tercatat sejak tahun 2019, dengan lebih dari 130.000 infeksi dilaporkan. Pada tahun 2023, 100 orang meninggal karena komplikasi terkait demam berdarah, dibandingkan dengan 56 kematian pada tahun 2022.
Mengatasi demam berdarah memerlukan pendekatan multifaset. Penerapan teknologi baru, pemantauan dan pengendalian transmisi, serta keterlibatan masyarakat secara berkelanjutan merupakan langkah penting. Mengatasi kesenjangan pengetahuan, memberdayakan individu, dan membangun kemitraan juga penting untuk keberhasilan jangka panjang.
Kurangnya pemahaman dan informasi yang salah tentang demam berdarah merupakan hambatan terbesar untuk mengadopsi praktik aman. Tanpa pengetahuan yang memadai tentang bahaya demam berdarah dan keparahannya, yang bahkan bisa mengakibatkan kematian, individu biasanya menganggap masalah ini sebagai "Jika saya terinfeksi demam berdarah, saya akan baik-baik saja".