Ikobengkulu.com, Internasional - Pada hari Minggu, 3 November, Israel mengumumkan telah meluncurkan serangan darat ke wilayah Suriah, menandai salah satu tindakan militer langsung di tengah konflik yang berlangsung di Timur Tengah selama 13 bulan terakhir.
Dalam operasi tersebut, Israel menangkap seorang warga Suriah yang disebut bernama Ali Soleiman al-Assi, yang menurut pihak militer Israel terlibat dalam jaringan Iran yang mendukung kelompok militan di kawasan itu.
Operasi ini dilaksanakan tanpa pengumuman waktu atau lokasi yang pasti, namun otoritas militer Israel menyatakan bahwa Ali Soleiman al-Assi telah diawasi selama beberapa bulan terakhir.
Warga yang ditangkap ini dikatakan tinggal di Saida, sebuah wilayah di selatan Suriah yang berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan.
Menurut Israel, al-Assi terlibat dalam berbagai kegiatan yang diprakarsai oleh Iran dengan tujuan untuk menargetkan daerah-daerah yang berada di bawah kendali Israel di dekat perbatasan Suriah.
Rekaman kamera yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan momen penangkapan, di mana al-Assi yang berpakaian putih terlihat berada di dalam sebuah bangunan saat tentara Israel menangkapnya.
Kini, al-Assi telah dibawa ke Israel untuk proses interogasi lebih lanjut guna menggali informasi terkait jaringan dan aktivitas yang dituduhkan kepadanya.
Tidak jauh dari peristiwa ini, ketegangan di wilayah Gaza turut meningkat.
Pada Sabtu, 2 November, serangan udara dilaporkan menghantam sebuah klinik di Gaza utara, yang pada saat itu sedang digunakan untuk layanan vaksinasi polio bagi anak-anak.
Enam orang, termasuk empat anak-anak, dilaporkan terluka akibat serangan tersebut. Namun, pihak militer Israel membantah bertanggung jawab atas insiden ini.
Serangan udara yang diduga dilakukan oleh drone Israel ini terjadi di saat wilayah Gaza tengah dikepung oleh militer Israel, yang mengakibatkan isolasi bagi penduduknya.
Dalam beberapa minggu terakhir, Israel telah melancarkan berbagai serangan ke wilayah ini, menyebabkan ratusan korban jiwa dan ribuan warga mengungsi dari rumah mereka.
Salah satu isu yang kontroversial dalam konflik ini adalah tuduhan terhadap Hamas, yang menurut militer Israel, menggunakan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit sebagai tempat persembunyian para militan.
Tuduhan ini, bagaimanapun, dibantah oleh pejabat kesehatan Palestina, yang menyatakan bahwa klinik dan rumah sakit di Gaza berfungsi sepenuhnya untuk melayani masyarakat sipil.
Dr. Munir al-Boursh, seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Gaza, mengungkapkan bahwa klinik Sheikh Radwan, yang menjadi sasaran serangan drone, baru saja dikunjungi oleh delegasi PBB sebelum serangan terjadi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang turut berperan dalam vaksinasi polio di klinik tersebut menyatakan kekhawatirannya atas insiden ini.
Rosalia Bollen, juru bicara UNICEF, menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan ini sangat mengkhawatirkan, terutama karena klinik tersebut merupakan salah satu tempat penting bagi masyarakat Gaza untuk melakukan vaksinasi anak.
Serangan ini dilaporkan terjadi saat jeda kemanusiaan sedang berlangsung, meskipun sebelumnya dijamin bahwa jeda kemanusiaan akan diberlakukan pada pukul 6 pagi hingga 4 sore.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan ke perbatasan Israel dengan Lebanon pada hari yang sama.
Dalam pernyataannya, ia menekankan bahwa Israel akan mengambil langkah tegas untuk menahan kelompok militan Hizbullah yang didukung oleh Iran, menghalangi mereka dari mempersenjatai diri dan meningkatkan kekuatan di perbatasan.
Netanyahu menyatakan bahwa upaya untuk menekan Hizbullah hingga ke Sungai Litani adalah bagian dari strategi untuk memastikan keamanan Israel di wilayah utara.
Konflik di perbatasan terus berlanjut, dengan laporan serangan lebih dari 100 proyektil dari Lebanon yang mengarah ke Israel pada hari Minggu.
Beberapa di antaranya berhasil dicegat, sementara yang lain jatuh di area yang tidak berpenghuni.[GbnA)