Suku Kerinci atau Kincai merupakan orang-orang yang mendiami dataran tinggi Kerinci di Provinsi Jambi, dengan bentang alam berupa perbukitan yang menghampar luas pada ketinggian 3.805 meter diatas permukaan laut. Banyak yang menyebut karakter Orang Kincai istimewa secara fisik, yakni wajahnya yang tampan dan cantik.
Nenek Moyang Suku Kerinci atau disebut Uhang Kinci atau Uhang Kincai dalam bahasa Kerinci, diperkirakan berasal dari para penutur Austronesia awal yang bermigrasi sejak 3500 tahun yang lalu. Peradaban Suku Kerinci juga dianggap sebagai pusat peradaban melayu tertua di muka bumi ini, dengan bukti-bukti banyaknya peninggalan benda-benda cagar budaya yang ditemukan di negeri atas angin ini.
Bukti-bukti arkeologis kedatangan nenek moyang orang Kerinci seiring dengan migrasi Austronesia, seperti beliung persegi, tembikar tatap landas dan slipmerah, rumah panggung, pertanian padi, megalitik Batu Silindrik, dan Tempayan Kubur. Bukti paleoekologi di sekitar Danau Bento juga menunjukkan kehadiran Austronesia di sana, berupa indikasi aktivitas pertanian padi dan pengembalaan kerbau.
Hasil penelitian serta catatan sejarah menyebut, bahwa kelompok manusia yang pertama kali datang ke alam Kerinci disebut dengan nama Kecik Wok Gedang Wok, yang diduga kuat merupakan manusia pertama yang mendiami Pulau Sumatera.
Peneliti asal Amerika Serikat yang melakukan penelitian pada tahun 1973 bersama tim Lembaga Purbakala dan peninggalan Nasional, menyebut bahwa Suku bangsa Kerinci lebih tua dibandingkan dengan suku bangsa Inca di Benua Amerika. Padahal suku Inca sendiri merupakan suku pertama di Peru, Amerika.
Bahkan menurut Anthoni J. Whitten, kawasan alam kerinci telah didiami manusia semenjak 10.000 Tahun sebelum masehi. Salah satu buktinya adalah manusia Kicik Wok Gedeng Wok yang belum memiliki nama panggilan secara individu, sedangkan bangsa Indian telah memiliki nama seperti Big Buffalo atau kerbau besar serta Little Fire alias Api Kecil.
Bukti kehadiran manusia modern atau Homo sapiens terawal di kawasan Kerinci, ditemukan di Gua Ulu Tiangko atau Merangin saat ini. Pendapat dari Dr. Bennet Bronson yang menyebutkan manusia Kicik Wok Gedeng Wok, telah ada jauh sebelum kedatangan gelombang perpindahan suku-suku dari Asia Tenggara ke Indonesia sangat beralasan. Indikasi tersebut didasarkan pada hasil penelitian Bennet Bronsot dan Teguh Asmar pada tahun 1941. Mereka berhasil menemukan adanya serpihan batu obsidian dan sisa tulang hewan. Penanggalan menggunakan radiokarbon menunjukkan aktivitas manusia modern ini, pada sekitar 15.000 tahun yang lalu.
Pada perkembangannya, orang Kincai mendiami 2 wilayah yang secara administratif berbeda, yakni Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Meskipun secara administratif berbeda, namun kedua daerah otonom tersebut secara adat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan hukum adat dan satu kultur budaya yang tidak bisa dipisahkan, kehidupan serta kebudayaan tetap saling menyatu. (Dirangkum dari berbagai sumber)