BENGKULU – Belum lama ini, jembatan penghubung Kelurahan Rawa Makmur dan Kampung Kelawi hanyalah sebuah infrastruktur bisu. Ia dikenal kusam, gelap, dan ironisnya, kerap dijadikan tempat pembuangan sampah. Kawasan itu nyaris "mati", terabaikan di tengah denyut nadi Kota Bengkulu yang terus bergerak.
Namun, narasi kelam itu kini telah ditutup. Jembatan tersebut tengah menjalani metamorfosis total, berubah dari sudut kota yang dihindari menjadi ikon baru yang dinanti.
Sentuhan Merah Putih
Transformasi ini bermula dari instruksi Walikota Bengkulu, Dedy Wahyudi, yang menginginkan perbaikan estetika kota secara menyeluruh. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bengkulu bergerak cepat merespons tantangan tersebut.
Kini, sapuan cat merah dan putih membalut kokohnya beton jembatan. Pemilihan warna ini bukan sekadar kosmetik, melainkan simbol semangat kebangkitan dan nasionalisme. Jembatan yang dulunya kusam kini berdiri tegak dengan wajah baru yang lebih segar dan berkarakter.
Mengusir Kesan Angker dengan Cahaya
Perubahan fisik hanyalah permulaan. Dinas Perhubungan Kota Bengkulu turut ambil bagian dengan merancang sistem tata cahaya modern. Rencananya, lampu sorot kuning akan dipasang untuk menonjolkan arsitektur jembatan, sekaligus mengusir kesan angker yang selama ini melekat saat malam tiba.
Tak hanya itu, permainan lampu hias RGB (Red, Green, Blue) disiapkan untuk menari di kepekatan malam, menciptakan suasana hidup yang memanjakan mata pelintas. Kawasan yang dulunya sunyi dan rawan, kini dipersiapkan menjadi ruang visual yang estetik.
Sebuah Identitas Baru
Sebagai penyempurna, sebuah papan nama bertuliskan “Jembatan Kembar” kini telah terpancang. Papan nama ini bukan sekadar penunjuk lokasi, melainkan sebuah pengukuhan identitas.
Kehadirannya menegaskan bahwa jembatan ini tidak lagi sekadar jalur lintasan, melainkan tengara (landmark) kebanggaan warga Rawa Makmur dan Kampung Kelawi.
Dari tumpukan sampah menjadi pendar cahaya, Jembatan Kembar kini terlahir kembali. Ia siap menjadi saksi bisu kemajuan kota, sekaligus simbol harapan bahwa sudut paling gelap sekalipun bisa bersinar jika dikelola dengan kepedulian.***