MUKOMUKO- Di halaman rumah Ketua Perbakin Mukomuko, Wahyu Nugroho Rahadi, suasana Ahad (16/11) pagi terasa berbeda. Belasan atlet muda menembak duduk rapi, sebagian masih mengenakan jaket klub, sementara yang lain memegang perlengkapan latihan sederhana. Di hadapan mereka, Wakil Gubernur Bengkulu, Mian, hadir bukan sebagai pejabat—melainkan sebagai sosok yang ingin menyaksikan langsung tumbuhnya generasi baru olahraga menembak di daerah pesisir barat itu.
Mian membuka obrolan dengan nada bersahabat, memecah ketegangan para remaja yang tampak gugup. “Kalian adalah aset Provinsi Bengkulu,” ucapnya pelan tetapi tegas. Kalimat itu seperti suntikan energi. Beberapa atlet tersenyum tipis, sementara yang lain mengangguk penuh keyakinan.
Ia mengingatkan bahwa disiplin adalah kunci. Menurutnya, ketepatan tembakan tidak hanya lahir dari latihan fisik, tetapi juga kejernihan konsentrasi—sebuah kemampuan yang hanya bisa diasah melalui proses panjang.

foto: ist/mc/
“Olahraga ini melatih pikiran. Orang yang kuat menembak harus punya kendali penuh terhadap dirinya sendiri,” ujar Mian, menatap para atlet seolah satu per satu diberi motivasi pribadi.
Jejak Perbakin dan Harapan Baru dari Mukomuko
Perbakin, organisasi olahraga yang lahir pada 1960, menempatkan cabang menembak sebagai ajang adu ketenangan. Bukan soal seberapa keras menarik pelatuk, melainkan seberapa kuat seseorang mengatur napas dan pikirannya. Filosofi itulah yang coba ditanamkan Mian pada generasi muda Mukomuko—daerah yang selama ini dikenal aktif mencetak atlet dari berbagai cabang.
Ketua Perbakin Mukomuko, Wahyu Nugroho Rahadi, turut mendampingi. Ia terlihat bangga, terutama ketika melihat antusiasme para atlet muda yang tak sekali pun menundukkan kepala sepanjang sesi motivasi berlangsung.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pak Wagub. Dukungan seperti ini sangat berharga bagi perkembangan atlet-atlet muda kami,” kata Wahyu.
Membidik Masa Depan
Di akhir pertemuan, Mian menyempatkan diri berbincang dengan beberapa atlet secara lebih personal. Ada yang baru beberapa bulan berlatih, ada pula yang sudah menjuarai turnamen tingkat kabupaten. Tetapi mereka memiliki satu kesamaan: mimpi untuk membawa nama Bengkulu ke panggung nasional.
Sebelum pamit, Mian memberikan pesan terakhir yang kembali memantik semangat.
“Terus berlatih. Fokus. Jangan pernah ragu pada kemampuan kalian,” ujarnya, disambut tepuk tangan kecil namun penuh keyakinan.
Di bawah terik matahari yang mulai naik, para atlet muda itu kembali mengambil perlengkapan mereka. Hari itu, bukan hanya keterampilan menembak yang mereka bawa pulang, tetapi juga sebuah keyakinan baru—bahwa masa depan olahraga menembak Bengkulu mungkin saja lahir dari halaman rumah di Mukomuko.