IKOBENGKULU.COM - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), dan dukungan Google News Initiative, telah menginisiasi serangkaian diskusi bulanan.
Diskusi dengan tema "Pemilih Pemula dan Isu Hoaks menjelang Pemilu 2024," yang berlangsung pada 5 Februari 2024 di Jakarta, bertujuan untuk membekali pemilih muda — yang jumlahnya mencapai sekitar 114 juta orang dari Generasi Z dan Milenial — dengan pengetahuan untuk menghadapi dan mengidentifikasi hoaks yang berpotensi mempengaruhi keputusan mereka.
Oleg Widyoko dari Binokular, lembaga riset, membagikan data yang menunjukkan adanya lebih dari 4 juta percakapan terkait pemilu dari awal Januari hingga Februari, dengan hampir 178 juta likes dan keterlibatan 263 akun.
"Ini mencerminkan minat publik yang besar, khususnya dari pemilih pemula, dalam dialog mengenai pemilu di media sosial," ucap Oleg, menekankan peningkatan keterlibatan audiens dalam diskusi sosial media.
Dari sudut pandang pengawasan, Ronald Michael Manoach dari BAWASLU RI mengungkapkan kekhawatiran atas peningkatan dugaan pelanggaran di platform digital antara November 2023 dan Februari 2024.
"Kami melihat adanya dampak negatif dari disinformasi atau hoaks yang ditujukan kepada pemilih pemula, yang mengancam kesehatan demokrasi kita," tutur Ronald.
Penelitian oleh CSIS dan Safer Internet Lab mengindikasikan peningkatan signifikan dalam akses internet di Indonesia, dengan persentase pengguna internet naik dari 58,3% pada tahun 2019 menjadi 64,5% pada tahun 2023.
"Kelompok usia muda, terutama di area urban dengan pendapatan relatif tinggi dan latar belakang pendidikan yang baik, merupakan kelompok yang paling terdampak oleh gangguan informasi," jelas Arya Fernandes dari CSIS.
Titi Anggraini, seorang pakar hukum pemilu dari Universitas Indonesia, menyoroti kompleksitas Pemilu 2024 dengan total pemilih mencapai 204 juta dan lebih dari 214.775 kandidat. "Kesulitan terbesar bagi pemilih terletak pada keharusan membuat keputusan informasi dalam menghadapi beragamnya latar belakang dan karakteristik kandidat," kata Titi.
Diskusi ditutup oleh Felix Lamuri, Direktur Eksekutif AMSI, yang menekankan pentingnya kerja sama untuk mengatasi masalah disinformasi.
"Dengan dukungan dari Google News Initiative, Koalisi Cek Fakta berkomitmen untuk memprioritaskan informasi yang akurat dan meningkatkan kesadaran publik menjelang Pemilu," ujar Felix, menggarisbawahi urgensi aksi kolektif untuk memastikan pemilih muda mendapatkan akses informasi yang tepat dan akurat.
Serangkaian diskusi ini merupakan upaya vital dalam mempersiapkan pemilih muda menghadapi Pemilu 2024, dengan memberikan mereka alat untuk membedakan fakta dan hoaks, demi mendukung proses demokrasi yang sehat dan berbasis informasi yang benar. ***