Songsong Tahun Ajaran 2026, Mafindo Bengkulu Bekali Guru MAN 2 Kompetensi AI dan Etika Digital

Songsong Tahun Ajaran 2026, Mafindo Bengkulu Bekali Guru MAN 2 Kompetensi AI dan Etika Digital
Tim pelatih Mafindo Bengkulu memberikan pendampingan langsung kepada guru MAN 2 terkait manajemen prompt AI. Selain aspek teknis, Mafindo menekankan pentingnya verifikasi informasi agar guru tidak terjebak hoaks hasil rekayasa teknologi. (FOTO: IST)

BENGKULU — Menghadapi tantangan pendidikan yang makin kompleks di tahun 2026, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Bengkulu mengambil langkah strategis dengan memperkuat literasi digital di kalangan pendidik.

Bekerja sama dengan ASEAN Foundation dan Google.org, Mafindo menggelar pelatihan intensif bertajuk "AI Ready ASEAN" bagi puluhan guru MAN 2 Kota Bengkulu, Selasa (16/12/2025).

Program ini dirancang untuk memastikan para guru tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki fondasi etika yang kuat dalam memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Aselerasi Menuju 2026

Suasana pelatihan intensif "AI Ready ASEAN" yang digelar Mafindo Bengkulu di MAN 2 Kota Bengkulu, Selasa (16/12/2025)./ist

Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, Bambang Haryanto, S.Pd., menilai kolaborasi ini sebagai langkah vital bagi institusinya.

Menurut Bambang, meski para guru telah terbiasa menggunakan berbagai aplikasi, pemahaman mendalam mengenai tata cara penggunaan AI yang tepat guna masih sangat dibutuhkan.

"Kami mengapresiasi Mafindo Bengkulu yang proaktif. Pelatihan ini menjadi bekal krusial persiapan kami memasuki semester baru tahun 2026. Guru butuh penegasan ilmu agar penggunaan teknologi ini tepat sasaran dan tidak salah kaprah," tegas Bambang.

AI Sebagai Asisten, Bukan Pengganti

Dalam pelatihan yang dipandu oleh tim pelatih Mafindo—Dani Fazli, Muhammad Krisno, Mika Oktarina, dan Rafinita Aditia—peserta tidak hanya diajarkan sisi teknis, namun juga pola pikir kritis.

PIC Kegiatan, Fonika Thoyib, M.I.Kom., menekankan bahwa kurikulum yang dibawa Mafindo memiliki dua mata pisau: penguasaan teknis dan integritas informasi. Materi mencakup pemahaman dasar, dampak AI, hingga teknik manajemen prompt untuk menghasilkan jawaban berkualitas.

Namun, Fonika memberikan catatan tebal pada aspek etika. "Poin kuncinya adalah etika; AI hanyalah asisten cerdas, bukan pengganti peran guru. Verifikasi kebenaran informasi tetap menjadi kewajiban utama seorang pendidik agar lingkungan sekolah tidak terjebak pada informasi palsu atau hoaks," jelas Fonika.

Antusiasme peserta terlihat tinggi sepanjang acara, tecermin dari diskusi dinamis mengenai penerapan aplikasi AI dalam skenario kelas nyata. 

Melalui inisiatif ini, Mafindo Bengkulu optimistis dapat mendorong terciptanya ekosistem pendidikan di Bengkulu yang tanggap teknologi, namun tetap memegang teguh integritas akademik. ***