Kelas Kecerdasan Artifisial Mafindo Bengkulu Bekali 65 Guru Jadi Navigator Era AI

Kelas Kecerdasan Artifisial Mafindo Bengkulu Bekali  65 Guru Jadi Navigator Era AI
Suasana pembukaan

BENGKULU – Transformasi digital di dunia pendidikan bukan lagi sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak yang harus dijawab dengan langkah konkret. Menyadari hal tersebut, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Bengkulu mengandeng  Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu mengambil langkah strategis dengan menggelar pelatihan intensif bertajuk "Kelas Kecerdasan Artifisial (KA) - AI Goes To School".

Kegiatan yang berlangsung di Unit Pelayanan Akademik Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPA TIK) Universitas Bengkulu pada Selasa, 25 November 2025, ini menjadi tonggak penting bagi pendidikan di Kota Bengkulu.

Sebanyak 65 guru dari berbagai jenjang pendidikan hadir untuk menyerap ilmu baru mengenai pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Program ini memiliki bobot strategis yang tinggi karena merupakan bagian dari peta jalan (roadmap) nasional Mafindo. Bengkulu menjadi salah satu titik vital dalam misi besar mendampingi 10.000 guru di 40 kota di seluruh Indonesia selama 18 bulan ke depan.

Keseriusan program ini terlihat dari deretan dukungan lembaga internasional ternama, mulai dari raksasa teknologi Google.org, Asian Venture Philanthropy Network (AVPN), hingga Asian Development Bank (ADB). Dukungan ini menegaskan bahwa peningkatan kapasitas guru di daerah merupakan prioritas global.

Koordinator Wilayah Mafindo Bengkulu, Gushevinalti

Koordinator Wilayah Mafindo Bengkulu, Gushevinalti, dalam sambutannya menekankan filosofi mendasar tentang teknologi. Menurutnya, AI ibarat dua mata pisau yang bisa memberikan manfaat luar biasa atau justru mendatangkan masalah jika tidak dikelola dengan bijak. Oleh karena itu, pelatihan ini tidak hanya menyentuh aspek teknis cara penggunaan aplikasi, tetapi menanamkan fondasi etika yang kuat.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan para guru memiliki fondasi literasi yang kuat. Kami ingin guru tidak sekadar menjadi pengguna yang pasif, tetapi mampu menjadi navigator bagi siswa di tengah banjir informasi," ujar Gushevinalti.

Ia menambahkan bahwa integritas akademik harus tetap dijaga. Penggunaan AI di sekolah tidak boleh mencederai kejujuran intelektual, melainkan harus difungsikan sebagai akselerator kinerja dan efisiensi administrasi.

Pemerintah Kota Bengkulu memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif sipil yang dilakukan Mafindo ini. Kepala Dinas Dikbud Kota Bengkulu, yang diwakili oleh Rustandi, SE, MM, menyambut hangat sinergi ini.

Menurut Rustandi, tantangan guru di tahun 2025 semakin kompleks. Selain kewajiban mengajar, beban administrasi seringkali menyita waktu dan energi yang seharusnya didedikasikan untuk siswa.

"Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk guru dalam meng-upgrade keilmuannya. Di era sekarang, guru yang berhenti belajar akan tertinggal oleh zaman dan bahkan oleh siswanya sendiri. Kami berharap ilmu yang didapat hari ini bisa didesiminasikan kepada rekan-rekan guru lainnya di sekolah masing-masing, sehingga efeknya bergulir seperti bola salju," tegas Rustandi.

Keunggulan lain dari program ini adalah keberlanjutannya. Para peserta tidak hanya belajar sehari lalu selesai. Mafindo menyediakan akses ke platform Learning Management System (LMS).

Fitur digital ini memungkinkan para guru untuk terus mengakses materi pelatihan yang diperbarui secara fleksibel, berdiskusi, dan mengembangkan diri bahkan setelah sesi tatap muka di Bengkulu berakhir. Hal ini menjamin bahwa proses belajar para guru bersifat "long life learning".

Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga donor internasional ini, pendidikan di Kota Bengkulu diharapkan mampu beradaptasi lebih cepat.

Guru-guru di Bengkulu kini memiliki "senjata" baru untuk menghadapi tantangan zaman, bukan untuk digantikan oleh teknologi, melainkan untuk menunggangi gelombang teknologi demi masa depan siswa yang lebih cerah. ***