REJANG LEBONG, IKOBENGKULU.COM- Rumah sederhana berukuran 6 x 6 meter di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Curup Utara, tampak lebih ramai dari biasanya pada Jumat siang (3/10/2025). Di tengah udara hangat yang mengalir pelan dari celah jendela kayu, suasana haru menyelimuti ruang tamu yang sederhana.
Di sanalah Nazwa, bocah lima tahun dengan senyum lembut dan tatapan mata polos, duduk di pangkuan sang ibu, Suwarni. Di sebelahnya, sang ayah, Supriadi, berusaha menahan air mata. Mereka menyambut dua tamu istimewa yang datang membawa harapan baru: Bupati Rejang Lebong, H.M. Fikri Thobari, SE., M.AP., dan istrinya yang juga Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Cabang Rejang Lebong, Intan Larasita Fikri.
Sinar Harapan di Rumah Sederhana

Kehadiran mereka bukan sekadar kunjungan formal. Di tengah keterbatasan keluarga kecil itu, hadirnya Bupati dan Ketua YJI menjadi pelipur lara. Nazwa tengah berjuang melawan penyakit jantung bocor, dan raut wajah kedua orang tuanya menggambarkan perjuangan panjang yang mereka hadapi.
Intan Larasita memegang tangan kecil Nazwa dengan penuh kelembutan. Ia menatap sang anak, lalu menoleh ke ibunya.
“Kami dari YJI Cabang Rejang Lebong akan terus mendampingi proses pengobatan Nazwa hingga sembuh. Kami juga akan memfasilitasi bantuan dari Baznas Rejang Lebong untuk biaya transportasi menuju Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta, tempat Nazwa akan dirawat,” ujar Intan.
Di sampingnya, Bupati Fikri menunduk sejenak, lalu menepuk pundak Supriadi.
“Insya Allah, Nazwa bisa sehat kembali seperti anak-anak lainnya,” ucapnya dengan nada lembut.
Doa dan Kepedulian
Sore itu, ruang tamu kecil seolah menjadi saksi lahirnya harapan baru. Para tetangga berdiri di luar rumah, ikut menyimak momen hangat itu. Kepala Desa Tanjung Beringin, Deri Andrian, turut hadir, menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian pemerintah daerah dan YJI terhadap warganya.
“Kami mewakili masyarakat desa, berterima kasih atas perhatian Bupati dan Ketua YJI. Kunjungan ini sangat berarti bagi keluarga Nazwa,” ujarnya.
Suwarni, sang ibu, tak mampu menahan tangis. Dengan suara lirih ia mengucapkan syukur.
“Kami tidak menyangka akan dikunjungi langsung. Doa kami, semoga kebaikan ini dibalas Allah,” katanya sambil mengusap kepala putrinya.
Supriadi, sang ayah, menambahkan bahwa kunjungan ini bukan sekadar bentuk empati, tetapi sumber kekuatan baru bagi keluarganya.
“Rasanya seperti diberi napas baru. Kami tidak sendirian. Ada yang peduli dengan perjuangan kami,” ucapnya pelan.
Lebih dari Sekadar Kunjungan
Bagi sebagian orang, peristiwa itu mungkin tampak sederhana: dua pejabat datang ke rumah warga untuk menjenguk anak yang sakit. Namun di Desa Tanjung Beringin hari itu, maknanya jauh lebih dalam.
Kunjungan itu menunjukkan bahwa kepedulian bisa hadir di tengah kesederhanaan, dan bahwa setiap tindakan kecil dari seorang pemimpin bisa menyalakan api harapan.
Sore itu, ketika rombongan berpamitan, mata Nazwa sempat menatap keluar jendela. Cahaya matahari yang mulai condong ke barat menyinari wajah mungilnya — seolah menegaskan satu hal: harapan itu masih hidup.**