Diwali tahun ini menandai momen perubahan besar bagi masyarakat India ketika Pemerintah India meluncurkan reformasi besar pada sistem Pajak Barang dan Jasa (GST). Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, India mengambil langkah tegas untuk menyederhanakan dan merasionalisasi struktur pajaknya yang kompleks.
Dari GST 1.0 ke GST 2.0
GST 1.0 pertama kali diterapkan pada 1 Juli 2017, menggantikan jaringan pajak tidak langsung yang terfragmentasi dengan sistem terpadu berlandaskan visi “Satu Bangsa, Satu Pasar, Satu Pajak.”
Reformasi ini dianggap sebagai undang-undang terobosan bagi India Baru. GST 1.0 berhasil menggabungkan 17 jenis pajak dan 13 cesses ke dalam satu sistem terpadu, menghilangkan efek berantai pajak, menyederhanakan kepatuhan, meningkatkan transparansi, serta membentuk pasar nasional dengan tarif dan prosedur seragam. Lebih dari itu, GST menjadi simbol integrasi ekonomi negara.
Meski membawa manfaat besar, GST 1.0 masih menghadapi tantangan, terutama karena keberadaan beberapa lapisan tarif: 5%, 12%, 18%, dan 28%.
Janji Reformasi Baru
Dalam pidato Hari Kemerdekaan, Perdana Menteri Modi menggambarkan kerangka kerja GST baru sebagai langkah meringankan beban masyarakat umum. Reformasi ini didukung penuh oleh Kementerian Keuangan dan disetujui oleh Kelompok Menteri yang dibentuk oleh Dewan GST.
“Pemerintah akan membawa reformasi GST generasi berikutnya, yang akan mengurangi beban pajak masyarakat umum. Ini akan menjadi hadiah Diwali untuk Anda,” ujar Modi.
Ia menegaskan, GST 2.0 akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat umum, petani, UMKM, perempuan, pemuda, dan keluarga kelas menengah. Modi juga menyebutkan lima manfaat utama: aliran pajak lebih sederhana, kualitas hidup lebih baik, konsumsi meningkat, investasi dan lapangan kerja bertambah, serta federalisme kooperatif semakin kuat.
Pilar GST 2.0
Reformasi GST 2.0 memperkenalkan penyederhanaan struktur dengan hanya dua lapisan tarif, perpajakan yang lebih adil, serta pengajuan digital untuk kepatuhan yang lebih cepat dan transparan. Konsumen mendapat manfaat dari tarif lebih rendah pada barang esensial, sementara UMKM dan produsen diuntungkan lewat arus kas yang lebih baik.
Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman menyebutkan, “Dengan rezim pajak generasi baru ini, hanya dua lapisan (5% dan 18%), Rs 2 lakh crore disuntikkan ke perekonomian. Masyarakat akan memiliki uang tunai lebih di tangan.”
Ia menambahkan, masalah klasifikasi produk kini lebih sederhana. Barang sejenis dikenakan tarif yang sama. Sekitar 99% produk yang sebelumnya dikenai 12% kini turun menjadi 5%.
Dampak pada Sektor Kunci
Kesehatan: 33 obat penyelamat nyawa, obat kanker, dan penyakit langka kini bebas GST. Asuransi jiwa dan kesehatan juga dibebaskan dari GST.
Pertanian: Mesin pertanian dan bahan baku pupuk dikenai 5%.
Barang Konsumen: Sebagian besar produk sehari-hari dikenai 18% dari sebelumnya 28%.
Barang Mewah & Barang Dosa: Tembakau, pan masala, kasino, dan mobil mewah tetap dikenakan 40%.
Tabel Ringkasan GST 2.0
Kategori | Detail | Tarif Sebelumnya | Tarif Baru (GST 2.0) |
---|---|---|---|
Struktur Lapisan | • 5% Barang esensial • 18% Barang standar • 40% Barang mewah & dosa | 4 lapisan (5%, 12%, 18%, 28%) | 3 lapisan (5%, 18%, 40%) |
Penghapusan Lapisan | 12% dan 28% dihapuskan | 12% & 28% masih digunakan | Dihapus |
Pembebasan | Asuransi jiwa & kesehatan = 0% Makanan esensial (susu UHT, paneer, roti) = 0%/5% | 5–28% tergantung layanan | 0% atau 5% |
Dukungan Kesehatan | 33 obat penyelamat nyawa & obat kanker = 0% | Sebelumnya 5% | Sekarang 0% |
Keringanan Sektoral | Mesin pertanian = 5% Pupuk = 5% Semen = 18% Elektronik rumah tangga = 18% | Mesin 12% Pupuk 18% Semen 28% Elektronik 28% | Semua diturunkan ke 5% & 18% |
Penyederhanaan Proses | Registrasi mudah, refund cepat, kepatuhan digital, Tribunal Banding GST aktif Des 2025 | Manual, refund lambat, tribunal belum aktif | Digital & disederhanakan |
Menuju Pertumbuhan Inklusif
Reformasi GST 2.0 dirancang untuk mencapai keseimbangan antara penerimaan negara dan keadilan sosial. Dengan menurunkan beban pajak kelompok menengah dan berpendapatan rendah, serta mempertahankan tarif tinggi bagi konsumsi kelas atas, India menegaskan komitmen pada pertumbuhan inklusif.
Dampaknya diproyeksikan meningkatkan konsumsi domestik, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, mendorong industri, menambah penerimaan negara meski tarif lebih rendah, sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi dan ekspor India.
Ravi Shanker Goel
Konsul Jenderal India, Medan untuk Pulau Sumatera