OREM, UTAH, IKOBENGKULU.COM— Satu tembakan tunggal dari kejauhan menghentikan hidup Charlie Kirk, 31 tahun, aktivis konservatif yang karier politiknya melesat cepat dalam bayang-bayang Donald Trump. Peluru itu menembus lehernya ketika ia tengah berbicara di hadapan mahasiswa Utah Valley University, Rabu siang, 10 September 2025.
Kampus sontak geger. Mahasiswa berhamburan keluar ruangan, aparat bergegas menutup lokasi. Video yang tersebar di media sosial memperlihatkan Kirk ambruk di kursinya, sebelum segera dievakuasi tim pengamanan. “Tersangka masih buron,” kata otoritas Kota Orem dalam pernyataan resminya.
“Anak Emas” Trump
Kirk bukan nama asing di panggung politik Amerika Serikat. Ia mendirikan Turning Point USA saat masih remaja dan menjadikannya organisasi konservatif muda terbesar di negeri itu. Dari sana, Kirk membangun reputasi sebagai orator ulung sekaligus provokator ideologis.
Trump melihat Kirk sebagai wajah segar gerakan sayap kanan. Ia dijuluki “anak emas” karena getol membela klaim kecurangan pemilu 2020, menyerang migran, hingga melancarkan kritik terhadap kaum transgender. “Charlie Kirk yang hebat, bahkan legendaris, telah meninggal dunia,” tulis Trump di platform Truth Social. “Ia dicintai anak-anak muda Amerika.”
Jejak Kontroversi
Kehadiran Kirk kerap memicu debat panas. Dalam acara kampus, ia justru mengundang mahasiswa progresif untuk beradu argumen dengannya. Pertukaran kata-kata itu sering viral, menguatkan citranya sebagai bintang muda konservatif.
Tapi Kirk juga penuh kontroversi. Ia pernah menuding imigran Haiti memakan kucing dan anjing di Ohio—klaim tanpa dasar yang belakangan diulang Trump dalam debat presidensial. Kritik pun berdatangan, tapi Kirk bergeming. “Kami menyebarkan kebenaran,” katanya kepada AFP tahun lalu.
Selain Turning Point, Kirk mengelola Turning Point Action, organisasi politik yang dipercaya Trump untuk mesin kampanye 2024. Ia juga memandu The Charlie Kirk Show, salah satu podcast politik terpopuler di AS.
Penembakan Bermotif Politik
Gubernur Utah Spencer Cox menyebut insiden ini sebagai “pembunuhan politik.” Rekaman kamera keamanan memperlihatkan sosok berpakaian serba hitam di sekitar lokasi penembakan. FBI mengambil alih investigasi bersama aparat negara bagian.
Bagi sebagian pengamat, kematian Kirk hanyalah puncak dari iklim politik Amerika yang semakin panas. Kyle Spencer, penulis buku tentang Turning Point USA, menyebut Kirk sebagai “nasionalis Kristen karismatik” sekaligus juru bicara Trumpisme. “Ia membentuk generasi baru aktivis konservatif,” kata Spencer.
Kini, nama Charlie Kirk menambah daftar panjang tokoh publik Amerika yang tumbang akibat peluru. Tragedi ini meninggalkan tanda tanya besar tentang keamanan acara kampus, polarisasi politik, dan bayang-bayang kekerasan bersenjata yang tak kunjung reda. ***