Tradisi Tabot: Warisan Budaya Bengkulu dalam Menyambut Tahun Baru Islam

Tradisi Tabot: Warisan Budaya Bengkulu dalam Menyambut Tahun Baru Islam

IKOBENGKULU.COM - Setiap Tahun Baru Islam, masyarakat Bengkulu punya tradisi unik yang disebut Tabot. Tradisi ini bukan sekadar pesta rakyat, tapi juga peringatan penting atas peristiwa bersejarah yang terjadi ratusan tahun lalu.

Tabot adalah tradisi untuk mengenang perjuangan dan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein, yang gugur dalam Perang Karbala di Irak pada 10 Muharam tahun 61 Hijriah. Tradisi ini mengingatkan masyarakat akan makna pengorbanan, kesetiaan, dan perjuangan membela kebenaran.

Asal Usul Tradisi Tabot

Kata "Tabot" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti peti kayu. Menurut cerita, tradisi ini dibawa ke Bengkulu oleh Imam Maulana Ichsad dan rombongan yang merupakan keturunan keluarga besar Nabi Muhammad SAW. Mereka datang ke Bengkulu pada tahun 1336 M dan menetap di sana.

Sejak saat itu, upacara Tabot terus dilestarikan secara turun-temurun oleh keluarga yang dikenal sebagai keluarga Tabot. Mereka adalah pewaris utama tradisi ini dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan seluruh rangkaian acara Tabot setiap tahunnya.

Makna dan Perjalanan Tabot

Bagi masyarakat Bengkulu, Tabot bukan hanya ritual, tapi juga ajakan untuk membuang sifat buruk seperti kesombongan, kebencian, dan kebiadaban. Puncak acara yang disebut Tabot Tebuang menjadi simbol untuk melepaskan semua keburukan agar hidup bisa kembali bersih dan damai.

Dulu, Tabot hanya dikenal sebagai upacara adat keluarga Tabot, tapi kini sudah berkembang menjadi festival budaya yang meriah dan terbuka untuk umum. Pemerintah daerah bahkan menjadikan Festival Tabot sebagai agenda wisata tahunan yang selalu menarik banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

Rangkaian Upacara Tabot

Tradisi Tabot terdiri dari sembilan tahapan, yang dimulai sejak 1 Muharam hingga 10 Muharam.

1. Mengambil Tanah (Menggambik Tanah)

Tanah diambil dari tempat keramat, dipercaya punya makna khusus.

2. Duduk Penja

Mencuci simbol jari-jari dari logam yang disebut Penja, yang menjadi lambang penting dalam upacara ini.

3. Meradai

Kegiatan mengumpulkan dana yang biasanya dilakukan oleh anak-anak usia 10-12 tahun.

4. Menjara

Kegiatan mengunjungi kelompok lain untuk beradu atau bertanding dol (alat musik tradisional seperti beduk).

5. Arak Penja

Penja diarak keliling kota sebagai bagian dari prosesi utama.

6. Arak Penja dan Serban Putih

Penja diarak bersama serban putih dan diletakkan pada Tabot kecil.

7. Gam (Masa Berkabung)

Masa hening, di mana semua kegiatan harus dihentikan sejenak sebagai bentuk penghormatan.

8. Arak Gendang

Tabot besar mulai diarak di jalan-jalan kota, menjadi salah satu acara yang paling dinanti.

9. Tabot Tebuang

Puncak acara, di mana Tabot dibuang ke laut sebagai simbol membuang segala keburukan.

Tabot Kini Jadi Festival Wisata

Saat ini, perayaan Tabot di Bengkulu tidak hanya menjadi milik keluarga Tabot, tapi sudah menjadi festival budaya seluruh masyarakat Bengkulu. Festival ini berhasil menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya dan menjadi salah satu aset budaya yang sangat dibanggakan.

Tabot tidak hanya mengenalkan sejarah Islam kepada generasi muda, tapi juga menjadi momen kebersamaan dan kegembiraan yang ditunggu-tunggu masyarakat Bengkulu setiap awal tahun Islam. Dengan warna-warni bangunan Tabot dan meriahnya arak-arakan, tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya dan sejarah bisa hidup berdampingan dan terus lestari. (Hanifah)