IKOBENGKULU.COM- Pada Minggu, 19 Januari 2025, gencatan senjata antara Israel dan Hamas resmi diberlakukan. Langkah ini mengakhiri konflik selama lebih dari 15 bulan di Jalur Gaza yang menyebabkan kerusakan besar dan penderitaan bagi masyarakat sipil. Ribuan warga Palestina yang sebelumnya mengungsi kini mulai kembali ke rumah mereka, meskipun sebagian besar bangunan telah hancur akibat serangan militer.
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Israel telah membebaskan 90 tahanan Palestina. Salah satu di antaranya, Abdelaziz Atawneh, mengungkapkan rasa syukurnya atas kebebasan ini, menyebut bahwa dirinya kini merasa berada di surga setelah mengalami penderitaan yang luar biasa.
Bantuan kemanusiaan mulai mengalir ke Gaza melalui penyeberangan Rafah. Truk-truk yang membawa makanan dan bahan bakar sangat dibutuhkan oleh warga setempat. Diperkirakan, bantuan akan meningkat hingga 600 truk per hari, termasuk 50 truk berisi bahan bakar. Selain itu, 200.000 tenda dan 60.000 rumah mobil sedang disiapkan untuk mendukung warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal.
Meskipun gencatan senjata ini menjadi harapan baru, situasi politik di Palestina tetap rentan. Pemerintah Palestina di bawah Fatah sementara ini membekukan siaran Al Jazeera, memicu perdebatan mengenai kebebasan pers di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel akan melanjutkan operasi militer jika gencatan senjata gagal. Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang masih tinggi antara kedua belah pihak.
Masyarakat internasional berharap bahwa gencatan senjata ini menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih permanen di wilayah tersebut. Dukungan global terus berdatangan untuk membantu rekonstruksi dan menciptakan stabilitas bagi warga Gaza. ***
#Palestina #Gaza #GencatanSenjata #Israel #Hamas #BeritaInternasional #BantuanKemanusiaan