Tradisi Silat Warnai Prosesi Pernikahan di Bengkulu: Melestarikan Budaya, Mengantar Manten ke Pelaminan

Tradisi Silat Warnai Prosesi Pernikahan di Bengkulu: Melestarikan Budaya, Mengantar Manten ke Pelaminan
Ilustrasi (Gambar Dibuat dengan AI)

IKOBENGKULU.COM- Di tengah gemerlapnya pesta pernikahan, tradisi silat menjadi pembeda yang istimewa di Bengkulu. Lebih dari sekadar hiburan, tradisi ini sarat dengan makna dan nilai budaya, mengantarkan mempelai wanita menuju pelaminan dengan penuh penghormatan.

Sebelum mempelai wanita melangkah anggun menuju pelaminan, para pendekar silat memperagakan gerakan-gerakan penuh makna. Diiringi musik tradisional Bengkulu yang merdu, mereka memancarkan energi positif untuk mempelai wanita.

Tradisi silat ini bukan hanya pertunjukan, tetapi juga ritual penyucian diri. Gerakan-gerakannya diyakini mampu membersihkan mempelai wanita dari kotoran fisik dan spiritual sebelum memasuki jenjang pernikahan yang suci.

Selain itu, tradisi silat juga melambangkan perlindungan bagi mempelai wanita. Di tengah hiruk pikuk pesta, para pendekar seolah menjadi benteng yang menjaga mempelai dari gangguan roh jahat dan hal-hal negatif lainnya.

"Tradisi ini masih dilakukan sampai saat ini, tetapi yang bisa melaksanakan tradisi ini hanya orang-orang tertentu saja," ujar Fajri, seorang pedagang beras, pada Kamis (13/6/2024).

Ilustrasi (Gambar Dibuat dengan AI)

Bagi masyarakat Bengkulu, silat bukan hanya seni bela diri, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur. Tradisi ini menjadi simbol keberanian dan kekuatan mempelai wanita untuk menghadapi kehidupan baru sebagai seorang istri.

Di balik gerakan-gerakan indah, terpancar pula kesetiaan mempelai wanita kepada sang suami. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa pernikahan adalah komitmen suci yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.

"Bukan hanya masyarakat Bengkulu Selatan saja yang masih melaksanakan tradisi ini, di Bengkulu Kota juga kerap dilaksanakan," tambah Fajri.

Proses persiapannya tidaklah singkat. Para pendekar dengan tekun berlatih, menyelaraskan gerakan dan musik, demi menciptakan pertunjukan yang memukau dan penuh makna. Biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Namun, bagi masyarakat Bengkulu, tradisi ini bukan sekadar tentang materi. Ini adalah wujud penghormatan terhadap leluhur dan pelestarian budaya warisan turun-temurun.

"Selain untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada di Bengkulu, pelaksanaan tradisi ini adalah salah satu cara agar budaya-budaya yang diwariskan oleh leluhur tidak akan pudar dimakan waktu, apalagi di era modern saat ini," jelas Fajri.

Tradisi silat sebelum mempelai wanita naik panggung membawa dampak positif. Nilai-nilai budaya Bengkulu semakin tertanam, rasa cinta dan bangga terhadap budaya pun tumbuh. Tradisi ini juga menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Bengkulu dan mempelajari kekayaan budayanya.

Namun, di balik pesonanya, tradisi ini juga menghadapi tantangan. Biaya yang besar dan waktu persiapan yang lama menjadi kendala bagi sebagian orang. Tradisi ini pun tak luput dari kritik, dianggap membosankan bagi sebagian kalangan.

Terlepas dari berbagai pro dan kontra, tradisi silat sebelum mempelai wanita naik panggung tetaplah warisan budaya yang patut dilestarikan. Upaya untuk terus melestarikan tradisi ini perlu dilakukan, dengan berbagai inovasi dan adaptasi agar tradisi ini tetap relevan dan menarik bagi generasi muda.

Melestarikan tradisi silat bukan hanya tentang menjaga budaya, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai luhur dan identitas masyarakat Bengkulu. Tradisi ini adalah pengingat bahwa kekayaan budaya merupakan harta karun bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. ***

Ditulis oleh mahasiswa KPI UINFAS Bengkulu, Tiara, Rohmadina, Istiqomah, Taufik