Inflasi Bengkulu 2024 Diprakirakan 3,20-3,33%: Perlu Perhatian pada Komoditas Pangan

Inflasi Bengkulu 2024 Diprakirakan 3,20-3,33%: Perlu Perhatian pada Komoditas Pangan
Sumber: Bank Indonesia

IKOBENGKULU.COM -  Inflasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2024 diperkirakan berada pada rentang 3,20 – 3,33% (yoy). Pada Juni 2024, realisasi inflasi melambat menjadi sebesar 3,64% (yoy). Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Darjana, menekankan bahwa kondisi inflasi pangan masih memerlukan perhatian serius. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah melanjutkan perbaikan struktural di sektor pertanian serta mendorong keterjangkauan harga.

"Kondisi inflasi pangan masih memerlukan perhatian, salah satunya dengan melanjutkan perbaikan struktural di sektor pertanian serta mendorong keterjangkauan harga," kata Darjana.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Darjana, menyatakan perlunya perhatian pada komoditas pangan untuk menjaga stabilitas harga. (FOTO: IYUD/IKOBKL)

Inflasi sepanjang tahun 2024 diprakirakan bersumber dari beberapa faktor, antara lain kenaikan tarif secara rutin, peningkatan konsumsi seiring dengan pemilu, serta efek lanjutan El Nino dan risiko tekanan geopolitik global.

Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi (yoy)

1. Cabai Merah (Andil 0,17% yoy)
  Tekanan harga cabai merah disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat pada momen Idul Adha. Pasokan cabai merah tetap lancar dengan banyaknya stok yang masuk dari daerah sentra seperti Lampung, Jambi, dan Enggano.

2. Kopi Bubuk (Andil 0,03% yoy)
  Harga kopi bubuk mengalami tekanan seiring tren kenaikan harga kopi secara internasional akibat gagal panen di beberapa negara produsen.

3. Udang Basah (Andil 0,03% yoy)
  Kenaikan harga udang basah terjadi akibat tekanan pada sisi pasokan karena kondisi gelombang laut yang tinggi sehingga hasil tangkapan nelayan kurang maksimal.

Tantangan Tekanan Harga Komoditas Pangan pada Triwulan III 2024

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan III 2024 diprakirakan mulai memasuki masa kemarau bersamaan dengan fenomena El Nino pada bulan Agustus-September. Hal ini diperkirakan dapat menyebabkan kekeringan pada lahan tanaman, terutama tanaman holtikultura. Berdasarkan data historis, tekanan harga biasanya terjadi beberapa bulan setelah fenomena El Nino akibat masa tanam yang terganggu.

- Permintaan masyarakat terutama pada komoditas cabai meningkat saat Hari Besar Keagamaan Idul Adha.
- Harga kopi meningkat akibat tren penurunan produksi di beberapa negara produsen.
- Kondisi geopolitik global masih memberikan tekanan terhadap harga komoditas.
- Stok bawang merah dan cabai merah membaik seiring meningkatnya produksi dari daerah sentra.

"Koordinasi dan advisory telah disampaikan kepada tim TPID Pemerintah Daerah terkait langkah preventif menghadapi risiko kekeringan yang berpotensi terjadi pada bulan Agustus-September 2023. Diharapkan kegiatan pompanisasi serta bantuan penyiraman lahan dapat dilaksanakan secara lebih awal untuk menghindari terjadinya kekeringan lahan," tambah Darjana.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan inflasi dapat dikelola dengan baik dan dampak negatif dari fenomena cuaca serta kondisi geopolitik dapat diminimalisir. ***