IKOBENGKULU.COM – Pemerintah Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Rembuk Stunting 2024 sebagai langkah strategis dalam mengatasi permasalahan stunting di daerah. Pertemuan yang berlangsung di Gedung Pola Bappeda Bengkulu ini dihadiri oleh para stakeholder penting, termasuk Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu.
Yuliswani, S.E., M.M., Kepala Bappeda Provinsi Bengkulu, menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan lima pilar strategi nasional untuk percepatan penurunan stunting, termasuk komitmen kepemimpinan, komunikasi perubahan perilaku, konvergensi intervensi, ketahanan pangan dan gizi, serta sistem data dan inovasi.
"Kita harus memperhatikan masalah stunting yang tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak tetapi juga perkembangan mental dan kapasitas belajarnya," kata Yuliswani, menyoroti pentingnya penanganan stunting sebagai agenda pembangunan nasional.
.jpg)
Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Bengkulu mengalami peningkatan, mencapai 20,2%. Redwan Arif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, menekankan perlunya konvergensi dan sinergi antar sektor untuk meningkatkan efektivitas intervensi stunting.
"Peningkatan kasus stunting membutuhkan aksi gabungan dari semua sektor. Perlu adanya intervensi yang tidak hanya fokus pada aspek kesehatan tapi juga faktor sosial ekonomi yang berpengaruh," ujar Redwan Arif.
BKKBN Provinsi Bengkulu, di bawah kepemimpinan Zamhari, S.H., M.H., telah mengambil langkah konkret dengan memperkuat peran Tim Pendamping Keluarga dan kader KB desa untuk mengatasi stunting. "Kita memiliki lebih dari 5.600 kader yang berfokus pada pendampingan keluarga berisiko, termasuk ibu hamil dan bayi, untuk menurunkan angka stunting di Bengkulu," tutur Zamhari.
Rembuk Stunting 2024 menjadi momen penting bagi Pemprov Bengkulu untuk mengintensifkan upaya penanganan stunting, dengan harapan menciptakan generasi mendatang yang lebih sehat dan berkualitas. ***