Oleh: Nawawi - Badan Riset dan Inovasi Nasional
WAKTU untuk memanfaatkan bonus demografi Indonesia semakin sempit, dengan hanya lima tahun tersisa sebelum jendela peluang ini mulai menutup. Langkah-langkah kebijakan yang efektif dan langsung, terutama dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, menjadi kunci untuk memetik manfaat maksimal dari kondisi demografis saat ini. Salah satu langkah strategis yang dapat diambil adalah dengan mengoptimalkan sektor perikanan, yang merupakan aset terbesar Indonesia.
Dengan lebih dari 17.508 pulau, Indonesia memiliki potensi ekonomi maritim yang luar biasa, di mana luas perairannya mencapai empat kali luas daratan. Meski dikenal sebagai negara kelautan, pemanfaatan potensi ekonomi kelautan Indonesia saat ini baru mencapai sekitar 25% dari total kapasitasnya.
Mendatang, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja yang berkualitas, dan peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja menjadi tiga pilar utama yang harus diperkuat untuk memanfaatkan sepenuhnya angkatan kerja muda Indonesia dan meraih dividen demografi, yakni dorongan ekonomi yang berasal dari dominasi pekerja muda dengan beban tanggungan yang lebih sedikit.
Di tingkat global, sektor maritim berpotensi menghasilkan nilai ekonomi sekitar US$1,33 triliun per tahun, lebih dari 1,3 kali PDB Indonesia saat ini. Di dalam negeri, sektor perikanan berkontribusi dalam menciptakan sekitar 45 juta pekerjaan, atau 35% dari total tenaga kerja Indonesia. Mulai dari penangkapan ikan, pengolahan, hingga perdagangan produk berbasis ikan, sektor ini tidak hanya menyediakan makanan tapi juga membuka peluang luas bagi para pengusaha kecil dan menengah yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Namun, pengembangan sektor ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk rendahnya tingkat pendidikan pekerja, kurangnya dukungan pelatihan keterampilan, dan sulitnya menarik minat generasi muda, khususnya dari keluarga nelayan. Kondisi kerja yang berat, berbahaya, dan kurangnya upah menjadikan profesi ini kurang diminati oleh kaum muda.
Pendidikan vokasional dan pelatihan keterampilan dapat menjadi kunci untuk mengatasi kesenjangan ini. Dengan 140,5 juta penduduk usia kerja pada tahun 2021, dimana 54,66% di antaranya hanya berpendidikan menengah ke bawah, dan tingkat pengangguran yang mencapai 10,9 juta orang, mayoritas dari kalangan muda, tantangan ini menjadi semakin nyata.
Investasi pada pengembangan sumber daya manusia, terutama bagi kaum muda dan perempuan, menjadi sangat krusial dalam rangka memanfaatkan bonus demografi untuk pembangunan ekonomi. Kebijakan yang fokus pada peningkatan infrastruktur perikanan, terutama di luar Jawa dan di wilayah timur Indonesia, serta reformasi pendidikan kejuruan, dapat membantu menutup kesenjangan keterampilan dan meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan masyarakat.
Masa depan Indonesia pada tahun 2045, apakah akan meraih manfaat dari bonus demografi atau sebaliknya, sangat bergantung pada strategi dan kebijakan yang diambil saat ini. Dengan tantangan besar dan waktu yang terbatas, investasi dalam sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi yang berfokus pada penguatan sektor perikanan dapat menjadi salah satu kunci suksesnya.***
Nawawi adalah peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan BRIN. Penelitiannya berfokus pada isu-isu ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya terkait Pekerja Migran Indonesia di Jepang dan Korea Selatan dan implementasi program jaminan sosial di Indonesia. Sejak April 2022, ia juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Kependudukan BRIN.