IKOBENGKULU.COM - Diabetes telah menjadi tantangan kesehatan global dengan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi. Sebagai penyakit metabolik non-menular, diabetes memberikan beban berat pada sistem kesehatan dan ekonomi.
Pada tahun 2021, diperkirakan 529 juta orang hidup dengan diabetes, dan jumlah ini diprediksi meningkat menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050.
Diabetes merupakan kondisi kronis yang dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk penyakit jantung, stroke, kebutaan, dan gagal ginjal. Kawasan Asia-Pasifik diproyeksikan menjadi kontributor terbesar terhadap beban ekonomi global akibat diabetes pada tahun 2030.
Melonjaknya biaya insulin menunjukkan ketidakadilan dalam pengelolaan diabetes dan mempengaruhi akses terhadap pengobatan.
Diabetes bukanlah penyakit yang memberi kesempatan sama bagi semua orang. Berbagai alasan membuat minoritas ras dan etnis lebih rentan terhadap diabetes tipe 2, bentuk diabetes yang lebih umum. Ketidaksetaraan struktural di berbagai wilayah geografis mempengaruhi akses terhadap kesadaran dan perawatan diabetes.
Penelitian telah menetapkan hubungan historis antara kelaparan dan diabetes, yang menggandakan kemungkinan generasi berikutnya didiagnosis. Empat dari setiap lima orang yang hidup dengan penyakit ini berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Globalisasi telah membuat komoditas seperti gula dan minuman manis menjadi lebih murah, sementara budaya kapital global telah menggeser produksi makanan lokal dan kehilangan koneksi dengan tanah, mengakibatkan malnutrisi yang sering kali muncul sebagai obesitas di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kawasan Pasifik memiliki salah satu tingkat obesitas tertinggi di dunia, yang membawa biaya ekonomi yang sangat besar.
Ada kebutuhan mendesak untuk menemukan cara efektif untuk mengatasi krisis diabetes global yang meningkat. Penelitian baru menunjukkan solusi baru untuk pengelolaan diabetes.
Kemajuan teknologi dalam pemberian insulin, ciri dari diabetes tipe 1, menjanjikan perawatan yang lebih ramah pasien dan bebas rasa sakit.
Adaptasi gaya hidup terhadap diabetes kritis untuk perawatan jangka panjang. Terapi digital dapat menjadi langkah yang menjanjikan menuju pengelolaan mandiri serta perawatan preventif.
Beberapa negara di Asia Tenggara telah berhasil menggabungkan diabetes ke dalam pandangan dunia budaya dan agama mereka.
Makanan dengan nilai budaya dan emosional seperti makanan manis di Asia Selatan juga telah menemukan cara untuk mengatasi pembatasan yang disebabkan oleh diabetes.
Laporan Khusus 360info mengeksplorasi terobosan teknologi dan budaya dalam memahami, mengelola, dan hidup dengan kondisi kronis ini. ***